Monday, January 16, 2017

Kecerdasan Majemuk ( Kecerdasan Matematis-Logis )

A.       Deskripsi Kecerdasan Majemuk ( Kecerdasan Matematis-Logis )
a.       Definisi kecerdasan Matematis-Logis.
Kecerdasan matematis-logis didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Kemampuan ini, meliputi kemampuan menyelesaikan masalah, mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan penalaran (Amstrong,1999). Cerdas secara matematis–logis berarti cerdas angka dan cerdas dalam hukum logika berpikir.
Kecerdasan matematis-logis (sebelum ditemukan kecerdasan naturalis) mencakup beberapa macam pikiran, yaitu mencakup tiga bidang yang saling berhubungan, yakni matematika, ilmu pengetahuan (sains) dan logika.
Kecerdasan matematis-logis adalah kemampuan untuk menangani bilangan dan perhitungan, pola dan pemikiran logis dan ilmiah. Hubungan antara matematika dan logika adalah bahwa keduanya secara ketat mengikuti hukum dasar. Hukum logika menjelaskan bagaimana argumentasi disusun, bukti dan syarat dinyatakan, serta kesimpulan dibuat. Hukum logika melahirkan pemikiran ilmiah karena hipotesis timbul atau melalui pengamatan dan diuji melalui percobaan (Lwin,et.al.,2005).           
b.      Komponen Kecerdasan Matematis-Logis.
Komponen inti dari kecerdasan matematis-logis meliputi kepekaan pada pola-pola dan hubungan logis, pernyataan serta dalil seperti “jika-maka” dan sebab-akibat, fungsi logis, dan abstraksi-abstraksi lain.
Kecerdasan matematis-logis memiliki proses yang khas. Proses tersebut meliputi:
1.         Katagorisasi, yakni penyusunan berdasarkan katagori, penggolongan berdasarkan kriteria tertentu.
2.         Klasifikasi, yakni penggolongan berdasarkan kaidah atau standar tertentu.
3.         Pengambilan kesimpulan.
4.         Generalisasi, yakni penyimpulan umum dari suatu kejadian, atau data.
5.         Penghitungan, yakni kegiatan numerical, seperti kalkulasi dan menghitung.
6.         Pengujian hipotesis, yakni kegiatan memeriksa dan mencoba sesuatu untuk mengetahui kebenaran dari pemikiran atau dugaan.
Kecerdasan matematis-logis meliputi juga kepekaan heuristic, yakni kepekaan untuk mempertanyakan hal-hal yang mengundang rasa ingin tahu. Kecerdasan ini, meliputi juga kemampuan menemukan alternatif solusi dari suatu masalah (sesederhana apapun masalah itu) dan kemampuan menemukan fitur-fitur (ciri khusus) sesuatu dari kegiatan mengamati.
c.       Sistem Neurologis kecerdasan matematis-logis.
Kecerdasan matematis-logis memiliki wilayah primer di hemisfer kiri bagian depan atau lobus frontal  dan himesfer kanan bagian atas atau pariental.
Lobus frontal pada otak sering dipandang sebagai area akademik atau kognitif. Lobus ini bertugas, antara lain berpikir, membuat perencanaan, memecahkan masalah dan melakukan penilaian. Lobus frontal pada hemesfer kiri memiliki tugas kalkulasi dan penghitungan yang rumit.
Lobus parietal adalah pusat sensorik. Dengan rasa seseorang dapat merasakan tangan, kaki, kepala, serta mengetahui posisi dari dalam ruangan, seperti kanan-kiri, depan-belakang. Inilah yang menjadi dasar pengertian lokasi yang sangat diperlukan dalam berhitung, penulisan bilangan, dan bentuk geometri (Markam,2003).
  
d.      Indikator Kecerdasan Matematis-Logis.
Kecerdasan matematis-logis mulai muncul pada masa kanak-kanak dan meledak pada masa remaja dan awal masa dewasa. Wawasan matematis tingkat tinggi akan menurun setelah usia 40 tahun (Amstrong, 2003).
            Kecardasan matematis-logis memiliki indikator, antara lain sebagai berikut:
1.      Dapat menghitung angka di luar kepala dengan mudah dan tepat.
Mereka yang mencapai perkembangan optimal mampu memecahkan soal matematika dari yang paling sederhana hingga perhitungan rumit.
2.      Menyukai bidang matematika dan atau ilmu pasti.
Mereka menikmati kegiatan berhitung, menggunakan rumus, senang mempelajarinya hingga mencapai tahap ahli.
3.      Senang bermain game atau memecahkan teka-teki yang menuntut penalaran dan berpikir logis.
Mereka mampu memenangkan permainan catur, mengisi teka-teki                                   silang dengan cepat dan baik, dan memiliki strategi-strategi yang lebih baik untuk permainan lain.
4.      Senang membuat eksperimen dari pertanyaan.
Mereka menggunakan hukum logika untuk membuat hipotesis dan mengujinya dengan eksperimen. Eksperimen membuat mereka menemukan bukti yang meyakinkan. Eksperimen menunjukan bahwa orang cerdas dalam matematis-logis tidak menyukai perkiraan, estimasi, dan pertanyaan yang menggantung.
5.      Selalu mencari pola, keteraturan atau ukuran logis dalam berbagai hal.
Mereka sangat tertarik dengan pola dalam geometri, mudah menemukan pola yang tersembunyi dari suatu peristiwa, mampu memecahkan masalah dalam kimia (pola atom), seni (pola dalam motif keramik, lukisan), dan tata surya (perputaran planet dalam garis orbit).
6.      Tertarik pada perkembangan-perkembangan baru di bidang sains.
7.      Tertarik pada banyak hal yang melibatkan penjelasan rasional.
Mereka cenderung hati-hati, tidak apriori dan mendengarkan penjelasan yang masuk akal.
8.      Mampu berpikir dengan konsep yang jelas, abstrak, tanpa kata dan gambar.
9.      Peka terhadap kesalahan penalaran dalam perkataan dan tindakan orang.
Mereka tidak mudah terkecoh oleh gaya bicara atau kharisma seseorang. Mereka mampu menemukan keganjilan yang paling halus yang tidak dapat ditangkap orang biasa.
10.  Senang apabila segala sesuatu diukur, dikategorikan, dianalisis, atau dihitung jumlahnya dengan cara tertentu
e.       Indikator Kecerdasan Matemtis-Logis Anak Usia Dini
Anak yang mempunyai kecerdasan matematis-logis cenderung berpikir secara numerik dan dalam konteks pola, urutan logis, sebab-akibat, dan kategorial (Gardner,1993). Anak-anak yang cerdas dalam matematis-logis cenderung terus bertanya dan ingin tahu tentang sebab-akibat suatu peristiwa atau gejala dilingkungannya, seperti mengapa ada petir, banjir, gempa bumi, dan gunung meletus. Mereka juga cenderung memilih permainan yang memerlukan pemikiran dan strategi.
Pada anak-anak, kecerdasan matematis-logis muncul dalam bentuk indikator berikut:
1.      Anak memiliki kepekaan terhadap angka, senang melihat angka (anak KB dan TK) cepat menguasai simbol angka dan pembilangan, mengidentifikasi dengan baik angka pada uang, serta mampu membilang dengan cepat ( usia TK ).
2.      Anak tertarik dan terlibat dengan komputer dan kalkulator. Anak (usia 2-3 tahun) suka bermain kalkulator, memencet-mencet dan senang melihat angka keluar. Anak usia 3-4 tahun dapat memainkan game sederhana, mengidentifikasi kesamaan angka di keypad dengan di layar. Anak usia 4-6 tahun dapat memanfaatkan kalkulator untuk menambah dan mengurang, tetapi masih kesulitan membaca angka dalam jumlah banyak (diatas ratusan).
3.      Anak sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang sebab atau akibat suatu gejala atau fenomena, seperti ”mengapa catnya lengket ?” , “mengapa ada jentik-jentiknya ?”, “mengapa kepalanya pusing ?”. Anak usia 2-3 tahun sering mengajukan pertanyaan berulang, anak usia 3-4 tahun lebih banyak melakukan probing (atau pertanyaan mengejar), dan anak usia 4-5 tahun mampu bertanya dengan hipotesis yang didasarkan pada dugaan atau pengetahuan, seperti “ kalau hujan banjir ya?”.
4.      Anak menyukai permainan yang menggunakan logika, strategi dan pemikiran, seperti maze, catur. Anak usia 2-3 tahun sudah menunjukan minat terhadap permainan ini tetapi belum menunjukan kemampuan memainkannya. Anak usia 3-4 tahun sudah dapat bermain maze sederhana, tetapi masih cepat bosan apabila maze terlalu rumit. Mereka juga pura-pura bermain catur (tahu beberapa nama bidak catur, tapi belum dapat menunjukannya dengan benar dan belum menguasai aturan permainannya). Anak usia 4-6 tahun sudah tertarik dengan maze, tetapi belum dapat bermain catur dengan baik. Sebagian kecil anak dapat mengetahui beberapa aturan berjalan bidak catur, tetapi masih menggunakan strategi menyerang sederhana (hanya bertujuan memakan bidak sebanyak-banyaknya).
5.      Anak dapat menjelaskan masalah-masalah ringan secara logis seperti mengapa takut, mengapa perut menjadi kenyang, mengapa terjatuh dan mengapa teman menjadi marah. Anak usia 2-4 tahun dapat menjelaskan bahwa dia jatuh terkena batu, lapar karena belum makan, haus karena belum minum susu. Anak usia 4-6 tahun dapat menjelaskan peristiwa secara lebih logis, bahwa dia terjatuh karena tersandung batu karena dia berlari terlalu kencang dan tidak melihat batu.
6.      Anak dapat membuat memikirkan suatu akibat dan memikirkan eksperimen sederhana untuk membuktikan dugaan. Anak usia 2-4 tahun tahu kalau air diberi gula akan manis, air diberi garam akan asin. Anak usia 4-6 tahun  tahu kalau gula terlalu banyak minuman akan sangat manis.
7.      Anak menghabiskan banyak waktu untuk bermain yang membutuhkan kemampuan konstruksi, seperti menyusun balok, memasangkan angka-angka dan memasangkan gambar. Usia anak dibawah 3 tahun dapat memasangkan angka dengan usaha yang keras.
8.      Anak suka menyusun sesuatu secara serial, kategori, dan hierarkial, seperti menata balok berdasarkan urutan besar hngga kecil, mengelompokan balok berdasarkan bentuk geometri. Anak yang ditengarai cerdas secara matematis-logis menunjukan pola pikir serial sejak usia 2-3 tahun.
9.      Anak mudah memahami penjelasan sebab-akibat dan mudah mencerna fenomena yang dilihat yang terkait dengan logika jika-maka dan sebab-akibat. Anak yang cerdas dalam matematis-logis lebih terlihat cepat paham terhadap penjelasan dan peristiwa yang dilihat langsung.

10.  Anak suka melihat buku yang memuat gambar-gambar pengetahuan alam, teknologi, trasportasi. Anak usia 2-6 tahun senang menikmati gambar-gambar yang memuat gunung berapi, lava pijar, gambar binatang, senang menikmati gambar berbagai jenis mobil, pesawat terbang, helikopter. Anak TK mengelaborasi kesenangannya ini dengan menirunya  menggambar. 

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate