Thursday, December 26, 2019

Penggunaan Multimedia Interaktif Pada Pembelajaran IPS


  
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan multimedia interaktif untuk meningkatkan pemahaman konsep Perkembangan Teknologi Transportasi pada siswa kelas IV SDN 4 Ciseureuh Kecamatan Purwakarta Kabupaten Purwakarta. Dalam penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran yang diperlukan CD pembelajaran interaktif IPS dan laptop. Konsep Perkembangan Teknologi Transportasi sudah dikemas dalam keping CD pembelajaran interaktif dan dioperasikan melalui laptop.
Dalam pembelajaran siswa dilibatkan mengoperasikan tampilan CD pembelajaran (sebagai user). Guru bertindak sebagai fasilitator, yang memfasilitasi siswa memberikan umpan balik dan memperjelas penyampaian konsep jika tampilan multimedia kurang dimengerti oleh siswa.
Setelah kerangka isi dan multimedia interaktif telah dilaksanakan dilanjutkan dengan pemberian penjelasan materi itu sendiri. Pada akhir media multimedia interaktif tahap pertama, diberikan penjelasan dan diikuti dengan siswa menjelaskan kembali apa yang telah dijelaskan di dalam multimedia interaktif. Penjelasan berisi pengertian-pengertian singkat mengenai sejarah perkembangan teknologi yang dijelaskan dalam multimedia interaktif. Kemudian dilanjutkan dengan siswa menjelaskan kembali dan menanyakan apa yang ada di dalam multimedia interaktif yang tidak mereka pahami. Guru dibantu observer memonitor aktivitas tiap siswa dan pelaksanaan pembelajaran.
Pada kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan inti pembelajaran dan ditutup dengan mengerjakan soal tes evaluasi untuk mengetahui aktivitas belajar dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS pada pokok bahasan sejarah perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi dengan menggunakan media multimedia interaktif.


Jenis Hasil Belajar


Suprijono (2012:6) mengemukakan “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”. Hasil belajar tersebut berupa:
1)      Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik.
2)      Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3)      Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah. 
4)      Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 
5)      Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.

Teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perincian menurut Munawan (2009:1-2) adalah sebagai berikut :
1. Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.
2. Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3. Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati). Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Penggunaan Multimedia Interaktif Dalam Pembelajaran

1.    Pengertian Multimedia
Multimedia berasal dari kata multi dan media. Multi berasal dari bahasa Latin, yaitu nouns yang berarti banyak atau bermacam-macam, sedangkan kata media berasal dari bahasa Latin, yaitu medium yang berarti perantara atau sesuatu yang dipakai untuk menghantarkan, menyampaikan, atau membawa sesuatu (Munir, 2013:2)
Geyeskyi 1993 dalam Munir (2013:2) mendefinisikan, “multimedia adalah kumpulan media berbasis komputer dari sistem komunikasi yang memiliki peran untuk membangun, menyimpan, menghantarkan dan menerima informasi dalam bentuk teks, grafik, audio, video dan sebagainya”. Menurut Azhar (1997:170) secara sederhana, “definisi multimedia dapat diartikan sebagai lebih dari satu media”. Hal itu bisa berupa kombinasi antara teks, grafis, animasi, suara dan video.
Menurut Arianty dan Haryono (2010:25) secara umum multimedia terbagi menjadi dua alur, yaitu : (a) Multimedia linier adalah multimedia yang tidak dilengkapi dengan alat pengontrol apapun yang dapat dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini berjalan sekunsial (berurutan), contohnya : TV dan film; (b) Multimedia interaktif adalah multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna/user, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya. Contoh multimedia interaktif yaitu multimedia pembelajaran interaktif, keping CD pembelajaran interaktif, aplikasi game, dan powerpoint. Multimedia interaktif merupakan multimedia berbasis komputer.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa multimedia sebenarnya adalah suatu istilah generik bagi suatu media yang menggabungkan berbagai macam media baik untuk tujuan pembelajaran maupun bukan. Keragaman media ini meliputi teks, audio, animasi, video, bahkan simulasi.
2.    Pengertian Multimedia Interaktif
Multimedia Interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya (Daryanto, 2013:51). Menurut Munir (2013:110), “Multimedia Interaktif adalah suatu tampilan multimedia yang dirancang oleh designer agar tampilannya memenuhi fungsi menginformasikan pesan dan memiliki interaktifitas kepada penggunanya (user)”.
Philips, 1997 dalam Munir (2013:111) mengartikan, “multimedia interaktif sebagai sebuah frase yang menggambarkan gelombang baru piranti lunak komputer terutama yang berkaitan dengan bagian informasi”. Sedangkan Elsom-Cook, 2001 dalam Munir (2013:110) mendefinisikan, “multimedia ineraktif adalah kombinasi dari berbagai komunikasi saluran menjadi menjadi pengalaman komunikatif terkoordinasi yang bahasa lintas-channel yang terintegrasi penafsiran tidak ada”.
Pengertian interaktif terkait dengan komunkasi dua arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Komunikasi dalam multimedia interaktif (berbasis komputer) merupakan hubungan manusia (sebagai user/pengguna produk) dengan komputer (software/apliksi/produk dalam format file tertentu, biasanya dalam bentuk CD). Dengan demikian, produk/CD/aplikasi yang diharapkan memiliki hubungan dua arah/timbal balik antara software/aplikasi dengan user (Harto, 2008:3) dalam http://lutfizulfi_wordpress.com/2010/08/08/ pembelajaran-interaktif-berbasis-multimedia/
Dari beberapa uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa multimedia interaktif merupakan suatu tampilan multimedia yang dirancang agar tampilannya memenuhi fungsi menginformasikan pesan dan memiliki interaksi kepada penggunanya/user. Tampilan multimedia merupakan gabungan dari media audio dan visual yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video maupun animasi yang terintegrasi dan telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi).



3.        Karekteristik Multimedia Interaktif
Karakteristik Multimedia interaktif dalam pembelajaran menurut Munir (2013:115) yaitu: (1) Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual; (2) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasikan respon pengguna; dan (3) Bersifat mandiri dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain.
Sedangkan menurut Ariani dan Haryanto, (2010:27), karakteristik media interaktif adalah sebagai berikut: (1) Memiliki lebih dari satu media yang konvergen, misalnya menggabungkan unsur audio dan visual; (2) Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna; (3) Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain; (4) Mampu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengontrol laju kecepatan belajarnya sendiri; (5) Memperhatikan bahwa peserta didik mengikuti suatu urutan yang koheren dan terkendali.
Karakterisrik media interaktif menurut (Harto dalam Hakim dan Purnama, 2012:55) yaitu terkait dengan komunikasi 2 arah atau lebih dari komponen-komponen komunikasi. Komponen komunikasi dalam multimedia interaktif (berbasis komputer) adalah hubungan antara manusia (sebagai user/pengguna produk) dan komputer (software/aplikasi/produk dalam format file tertentu, biasanya dalam bentuk CD). Dengan demikian produk/CD/aplikasi yang diharapkan memiliki hubungan 2 arah/timbal balik antara software/aplikasi dengan usernya.
Dari uraian di atas multimedia interaktif memiliki karakteristik khusus yaitu dilengkapi alat pengontrol sehingga terdapat interaksi antara pengguna/user dengan tampilan multimedia interaktif. Dengan interaktivitas yang dimiliki oleh multimedia interaktif, maka multimedia interaktif dapat dikembangkan untuk berbagai kepentingan, salah satunya sebagai media pembelajaran. Sebagai media pembelajaran, tampilan multimedia interaktif memenuhi fungsi menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dan bersifat interaktif.

4.    Manfaat Multimedia Interaktif
Manfaat  penggunaan multimedia interaktif menurut Ariani & Haryono (2010:26) adalah, “proses pembelajaran jelas lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar (ceramah) dapat dikurangi, kualitas belajar peserta didik dapat lebih termotivasi dan terdongkrak dan belajar mengajar dapat dilakukan dimana dan kapan saja (sangat fleksibel), serta sikap dan perhatian belajar siswa dapat ditingkatkan dan dipusatkan”. Menurut Sucipta (2010:1-2), secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih efektif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.
Susilana, dkk (2007:18) menerangkan manfaat multimedia yaitu, “Apabila multimedia pembelajaran dipilih, dikembangkan dan digunakan secara tepat dan baik, akan memberi manfaat yang sangat besar bagi para guru dan siswa. Secara umum manfaat yang dapat diperoleh adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar dapat dilakukan di mana dan kapan saja, serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan.

5.        Keunggulan Multimedia Interaktif
Daryanto (2013:52) mengemukakan bahwa keunggulan multimedia pembelajaran yaitu: (a) Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata, seperti kuman, bakteri, elektron, dan lain-lain; (b) Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah, seperti gajah, rumah, gunung, dan lain-lain; (c) Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat, seperti sistem tubuh manusia, bekerjanya suatu mesin, beredarnya planet Mars, berkembangnya bunga dan lain-lain; (d) Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh, seperti bulan, bintang, salju dan lain-lain; (e) Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya, seperti  letusan gunung berapi, harimau, racun, dan lain-lain; (f) Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
Sedangkan menurut Munir (2013:113) kelebihan menggunakan multimedia interaktif dalam pembelajaran diantaranya: (a) Sistem pembelajaran lebih inovatif dan interaktif; (b) Pendidik akan selalu dituntut untuk kreatif inovatif dalam mencari terobosan pembelajaran; (c) Mampu menggabungkan antara teks, gambar, audio, musik, animasi gambar atau video dalam satu kesatuan yang saling mendukung guna tercapainya tujuan pembelajaran; (d) Menambah  motivasi peserta didik selama proses belajar  mengajar hingga didapatkan tujuan pembelajaran yang diinginkan; (e) Mampu memvisualisasikan materi yang selama ini sulit untuk diterangkan hanya sekedar dengan penjelasan atau alat peraga yang konvensional; (f) Melatih peserta didik lebih   mandiri  dalam mendapatkan ilmu pengetahuan.
Menurut Swajati (2005:11) pemanfaatan multimedia interaktif yaitu: (a) Mampu  menampilkan  multimedia dengan file yang lebih besar; (b) Jauh lebih hemat dibandingkan pemanfaatan media secara online; (c) Tingkat interaktivitasnya tinggi karena lebih banyak pengalaman belajar melalui teks audio, video, hingga animasi yang dikemas dengan tayangan gambar yang ditampilkan bersama judul dan narasi suara dan penampilan tingkah laku atau proses yang kompleks.
Berdasarkan uraian di atas, maka multimedia interaktif mempunyai banyak kelebihan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai media dalam pembelajaran. Adapun manfaat kegunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran yaitu: (a) Proses pembelajaran lebih menarik karena tampilannya berupa dari teks, grafis, gambar, foto, audio, video maupun animasi; (b) Efisien waktu yang digunakan; (c) Meningkatkan aktivitas siswa; (d) Bersifat interaktif, terdapat interaksi antara media dan pengguna/user.
Meskipun multimedia interaktif mempunyai banyak kelebihan dan manfaat, tetapi dalam penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran juga harus mengingat dan mempertimbangkan kelemahan yang dimiliki oleh multimedia interaktif tersebut. Adapun kekurangan/kelemahan multimedia interaktif menurut Swajati (2010) diantaranya yaitu: (a) Design yang buruk menyebabkan kebingungan sehingga pesan tidak dapat tersampaikan dengan baik; (b) Kendala bagi orang dengan kemampuan terbatas/cacat/disable; (c) Tuntutan terhadap spesifikasi komputer yang memadai.
Oleh karena itu, seorang guru harus jeli dalam memilih media dalam pembelajaran. Guru harus dapat memaksimalkan manfaat/kegunaannya dan meminimalkan kelemahan yang dimiliki  oleh media tersebut. Guru juga harus dapat mempertimbangkan kelebihan dan kelemahan dari media yang digunakan.

6. Langkah-langkah Penerapan Multimedia Interaktif
Untuk menerapkan penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran diperlukan langkah-langkah yang tepat agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Adapun langkah-langkah dalam menerapkan multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
a.    Persiapkan tema atau bahan materi ajar yang akan disampaikan.
b.    Persiapkan perlengkapan multimedia interaktif yang akan digunakan.
c.    Kondisikan kelas seperti lampu sehingga pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat berlangsung dengan baik.
d.   Kondisikan siswa agar selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan dapat mengikuti dengan baik.
Langkah-langkah dalam menerapkan multimedia interaktif dalam kegiatan pembelajaran tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Metode Problem solving



Metode problem solving atau metode pemecahan masalah juga merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Menurut Syaiful Bahri, metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi  juga merupakan suatu metode berfikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode lain yang dimulai dari mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.[1]
Menurut N.Sudirman, metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Metode problem solving ini sesuai jika digunakan pada siswa sekolah dasar di kelas tinggi. Prosedur dalam metode problem solving dapat dilakukan sebagai berikut:
1)        Merumuskan dan membatasi masalah, masalah yang diambil dari kehidupan sehari-hari atau masalah aktual biasanya lebih kompleks. Karena itu, siswa harus merumuskan dahulu menjadi masalah yang jelas dan membatasi masalah tersebut.
2)        Merumuskan dugaan dan pertanyaan, siswa di bawah bimbingan guru ditugaskan untuk membuat pertanyaan atau merumuskan dugaan atau jawaban dari pemasalahan, artinya dugaan tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan.
3)        Mengumpulkan data atau mengolah data, untuk menjawab permasalahan yang telah diajukan. Data tersebut dapat diperoleh dari buku, dokumen atau informasi langsung dari narasumbernya.
4)        Membuktikan atau menjawab pertanyaan, data-data yang diperoleh dikelompokan atau dianalisis atau diklarifikasi untuk menjawab pertanyaan.
5)        Merumuskan kesimpulan, hasil pembuktian tersebut dirumuskan menjadi alternatif jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan dapat berupa alternatif tindakan, upaya-upaya untuk masalah yang dihadapi.
Ada beberapa  kriteria pemilihan bahan pelajaran untuk metode pemecahan masalah yaitu:
a)         Mengandung isu – isu yang mengandung konflik bisa dari berita, rekaman video dan lain – lain
b)        Bersifat familiar dengan siswa
c)         Berhubungan dengan kepentingan orang banyak
d)        Mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa sesuai kurikulum yang berlaku
e)         Sesuai dengan minat siswa sehingga siswa merasa perlu untuk mempelajari.
Dalam pelaksanaan pembelajaran sehari-hari  metode pemecahan masalah banyak digunakan guru bersama dengan penggunaan metode lainnya. Dengan metode ini guru tidak memberikan informasi dulu  tetapi informasi diperoleh siswa setelah memecahkan masalahnya. Pembelajaran pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui praktikum atau pengamatan.
Kelebihan metode problem solving
a)         Masing-masing siswa diberi kesempatan yang sama dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga para siswa merasa lebih dihargai dan yang nantinya akan menumbuhkan rasa percaya diri
b)         Para siswa akan diajak untuk lebih menghargai orang lain
c)          Untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan lisannya
Kekurangan metode problem solving
a)         Karena tidak melihat kualitas pendapat yang disampaikan terkadang penguasaan materi sering diabaikan
b)         Metode ini sering kali menyulitkan mereka yang sungkan mengutarakan pendapat secara lisan


[1] Syaiful Bahri Djamara. Strategi Pembelajaran di SMP. (Jakarta: Universitas Terbuka,2006), h.103

Metode Diskusi



Menurut Martinis Yamin, metode diskusi merupakan interaksi antara peserta didik dan peserta didik atau peserta didik dengan guru untuk menganalisis, memecahkan masalah, menggali atau memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu.[1]
Sedang menurut J. J Hasibuan dan Moedjiono metode diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa (kelompok-kelompok siswa)untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.[2]

Terdapat bermacam-macam jenis diskusi yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar, antara lain:
1)        Diskusi Kelas
Diskusi kelas atau disebut juga diskusi kelompok adalah proses pemecahan masalah yang dilakukan oleh seluruh anggota kelas sebagai peserta diskusi. Prosedur yang digunakan dalam jenis diskusi ini adalah: pertama, guru memberikan tugas sebagai pelaksanaan diskusi, misalnya siapa yang akan menjadi moderator, siapa yang menjadi penulis. Kedua, sumber masalah (guru, siswa, atau ahli tertentu dari luar) memaparkan masalah yang harus dipecahkan selama 10-15 menit. Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk menanggapi permasalahan setelah mendaftar pada moderator. Keempat, sumber masalah memberi tanggapan,dan kelima, moderator menyimpulkan hasil diskusi.  


2)        Diskusi Kelompok Kecil
Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Jumlah anggota kelompok antara 3-5 orang. Pelaksanaannya dimulai dengan guru menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagi-bagi ke dalam submasalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya.
3)        Simposium
Simposium adalah metode mengajar dengan membahas suatu persoalan dipandang dari berbagai sudut pandang berdasarkan keahlian. Simposium dilakukan untuk memberikan wawasan yang luas kepada siswa. Setelah para penyaji memberikan pandangannya tentaang masalah yang dibahas, maka simposium diakhiri dengan pembacaan kesimpulan hasil kerja tim perumus yang telah ditentukan sebelumnya.
4)        Diskusi Panel
Diskusi panel adalah pembahasan suatu masalah yang dilakukan oleh beberapa orang panelis yang biasanya terdiri dari 4-5 orang di hadapan audiens. Diskusi panel ini berbeda dengan jenis diskusi lainnya. Dalam diskusi panel audiens tidak terlibat secara langsung, tetapi berperan hanya sekedar peninjau para panelis yang sedang melaksanakan diskusi. Oleh sebab itu, agar diskusi panel efektif perlu digabungkan dengan metode lain, misal dengan metode penugasan. Siswa disuruh untuk merumuskan hasil pembahasan dalam diskusi. 
Metode diskusi sering digunakan dalam pembelajaran kelompok atau kerja kelompok yang didalamnya melibatkan beberapa orang siswa untuk menyelesaikan pekerjaan tugas atau permasalahan. Aktivitas siswa dalam diskusi harus dibimbing, dan dapat diterapkan cara berfikir yang sistematik dengan menggunakan logika berfikir yang ilmiah. Secara langsung maupun tidak langsung siswa akan ditempatkan sebagai objek sekaligus subjek dalam pembelajaran. Disamping itu siswa akan terlatih dalam kemampuan bekerja sama dan kemampuan berbahasa secara lisan maupun tulisan.
Kemampuan guru perlu dipersiapkan dalam melaksanakan pembelajaran diskusi, yaitu:
a.         Mampu merumuskan permasalahan sesuai dengan kurikulum yang berlaku,
b.         Mampu membimbing siswa untuk merumuskan dan mengidentifikasi permasalahan serta menarik kesimpulan,
c.         Mampu mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan kemampuan siswa,
d.        Dan mampu mengelola pembelajaran melalui diskusi, dan
e.         Menguasai permasalahan yang didiskusikan.

Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang pelaksanaan diskusi diantaranya adalah:
a.         Memiliki motivasi, perhatian, dan minat dalam berdiskusi,
b.         Mampu melaksanakan diskusi,
c.         Mampu menerapkan belajar secara bersama,
d.        Mampu mengeluarkan isi fikiran atau pendapat/ide, dan
e.         Mampu memahami dan menghargai pendapat orang lain.

Metode diskusi mempunyai beberapa keunggulan dan kekurangan.
a)    Keunggulan metode diskusi
§   Bertukar fikiran;
§   Menghayati permasalahan;
§   Merangsang siswa untuk berpendapat;
§   Mengembangkan rasa tanggung jawab;
§   Membina kemampuan berbicara;
§   Belajar memahami pendapat atau fikiran orang lain;
§   Memberi kesempatan belajar.

b)    Kekurangan metode diskusi
§   Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak;
§   Apabila siswa tidak memahami konsep dasar permasalahan maka diskusi tidak akan efektif;
§   Materi pelajaran dapat menjadi lebih luas;
§   Yang aktif hanya siswa tertentu saja.


[1] Martinis Yamin. Strategi & Metode Dalam Model Pembelajaran. (Jakarta: Referensi (GP Press Group), 2013), h. 156
[2] J. J Hasibuan dan Moedjiono. Proses belajar mengajar. (Bandung: Remaja Rosdakarya,2012), h. 20.

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate