Thursday, October 29, 2020

Metode Bercerita dengan Gambar

 

Metode Bercerita dengan Gambar

Metode bercerita dengan gambar merupakan salah satu cara yang paling mendasar untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan membina hubungan interaksi dengan peserta didik. Pada usia anak-anak, kemampuan bahasa kata (bahasa lisan) belum cukup dikuasainya, dan bahasa tulisan pun masih dalam proses, tetapi anak sudah mempunyai kemampuan bahasa rupa (bahasa gambar). Melalui seluruh kemampuan yang dimilikinya, yaitu perpaduan antara bahasa kata dan bahasa gambar, peserta didik jadi mengerti apa yang dikatakan orang lain kepadanya.

Hal ini disebabkan, oleh peserta didik apa yang dikatakan orang lain diimajinasikannya dengan apa yang diinginkan orang tersebut. Depdiknas (2001: 18) mengungkapkan bahwa metode bercerita dengan gambar merupakan “bentuk bercerita dengan alat peraga tak langsung yang menggunakan gambar-gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar dalam buku atau gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan gambar ceritanya”.

Pada usia 4-6 tahun, anak-anak mulai dapat menikmati sebuah cerita pada saat ia mengerti tentang peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan mampu mengingat beberapa berita yang diterimanya. Hal ini menurut Depdiknas (2005: 5) ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut:

a.         Mampu menggunakan kata ganti saya dan berkomunikasi.

b.        Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya, dan kata sambung.

c.         Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu.

d.        Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana.

e.         Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar.

Bercerita bagi peserta didik usia dini bertujuan agar peserta didik mampu mendengarkan dengan berkonsentrasi dan mengekspresikan perasaannya terhadap apa yang diceritakan. Adapun tujuan diberikannya metode bercerita menurut Depdiknas (Depdiknas, 2001: 19) yaitu :

a.         Melatih daya tangkap anak.

b.        Melatih daya pikir anak.

c.         Melatih daya konsentrasi anak.

d.        Membantu perkembangan fantasi atau imajinasi anak.

e.         Menciptakan suasana menyenangkan dan akrab di dalam kelas.


Bentuk-bentuk Metode Bercerita Untuk Anak

 


Pada pelaksanaannya metode bercerita dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

a.         Bercerita tanpa alat peraga

Di mana pada pelaksanaannya tanpa menggunakan alat peraga sebagai media bercerita dan guru harus memperhatikan ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh, dan suara tenaga pendidik harus dapat membantu fantasi peserta didik untuk mengkhayalkan hal-hal yang diceritakan guru.

 

 

b.        Bercerita dengan alat peraga

Di mana pada pelaksanaannya menggunakan alat peraga sebagai media penjelas dari cerita yang didengarkan peserta didik, sehingga imajinasi peserta didik terhadap suatu cerita tidak terlalu menyimpang dari apa yang dimaksudkan oleh tenaga pendidik.

1)          Alat peraga yang digunakan dapat berupa: Alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau benda sebenarnya (misalnya: kelinci, kembang, piring) agar peserta didik dapat memahami isi cerita dan dapat melihat langsung ciri-ciri serta kegunaan dari alat tersebut.

2)          Alat peraga tak langsung, yaitu menggunakan benda-benda yang bukan alat sebenarnya. Bercerita dengan alat peraga tak langsung dapat berupa:

a)      Bercerita dengan benda-benda tiruan.

Tenaga pendidik menggunakan benda-benda tiruan sebagai alat peraga (misalnya: binatang tiruan, buah-buahan tiruan, sayuran tiruan). Benda-benda tiruan tersebut hendaknya mempunyai proporsi bentuk dan warna yang sesuai dengan aslinya.

b)      Bercerita dengan menggunakan gambar-gambar.

Tenaga pendidik menggunakan gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas, gambar dalam buku atau gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang melukiskan jalannya cerita.

c)      Bercerita dengan menggunakan papan flanel.

Tenaga pendidik menggunakan papan flanel untuk menempelkan potongan-potongan gambar yang akan disajikan dalam suatu cerita.

d)     Membacakan cerita.

Tenaga pendidik menggunakan buku cerita dengan tujuan agar minat peserta didik terhadap buku semakin bertambah.

e)      Sandiwara boneka.

Tenaga pendidik menggunakan berbagai macam boneka yang akan dipentaskan dalam suatu cerita.

Cerita Perkembangan Anak

 


Kegiatan bercerita memberikan nilai pembelajaran yang banyak bagi proses belajar dan perkembangan anak serta dapat menumbuhkan minat dan kegemaran membaca, Jensen (Solehuddin, 2000: 91) “membacakan cerita dengan nyaring kepada anak secara substansial dapat berkontribusi terhadap pengetahuan cerita anak dan kesadarannya tentang membaca”. Solehuddin (2000: 90):

Di samping dapat menciptakan suasana menyenangkan, bercerita dapat mengundang dan merangsang proses kognisi, khususnya aktivitas berimajinasi, dapat mengembangkan kesiapan dasar bagi perkembangan bahasa dan literacy, dapat menjadi sarana untuk belajar, serta dapat berfungsi untuk membangun hubungan yang akrab.

Cerita bagi anak-anak harus sesuai dengan tahap perkembangan anak. Tampubolon (Dhieni, 2005: 6.9) “ isi cerita hendaknya sesuai dengan tingkatan pikiran dan pengalaman anak”. Bercerita sesuai dengan perkembangan anak dalam konsep Development Appropriate Practice (DAP) dari The National Association for The Education of Young Children (NAEYC), yaitu bercerita sesuai dengan pedoman pendidikan anak (Musfiroh, et al, 2005: 3), cerita yang dimaksud mengandung beberapa persyaratan yang perlu dipenuhi oleh para pendidik, yakni:

a.         Memahami pengertian dan permasalahan seputar cerita dan bercerita.

Pada konsep ini, pendidik perlu memastikan apa pengertian bercerita, apa perbedaannya mendongeng, serta bagaimana konsep penyajian bercerita yang mendukung perkembangan anak dalam berbagai aspeknya.

b.        Memahami asumsi dasar anggapan perkembangan anak.

Pendidik perlu menyadari bahwa anak berkembang menurut fase-fase tertentu. Anak usia 4-7 tahun berada pada fase praoprasional dengan ciri perkembangan yang berbeda dengan anak-anak di atas usia itu.

c.    Memahami arti dan tugas perkembangan anak.

Pada masa TK, anak-anak perlu diperkenalkan konsep baik buruk melalui contoh agar membantu mereka mencapai tugas perkembangan moral usia tersebut.

d.    Memahami domain dan teori perkembangan yang dianut.

Peserta didik perlu mengetahui mengenai teori perkembangan dan meyakininya agar dalam praktik bercerita (khususnya) dan pembelajaran (umumnya) tidak buta arah. Setiap teori perkembangan memiliki karakteristik yang membedakannya dengan teori yang lain.

 

e.    Memahami konsep belajar dan mengajar.

Pencerita perlu memahamia peserta didik belajar bukan melalui ceramah, tetapi melalui keaktifan dan interaksi aktif peserta didik dengan materi belajar. Melalui cerita, peserta didik melibatkan diri secara aktif, senang hati dan bermotivasi intrinsik untuk membangun konsep “baik-buruk”, “benar-salah”, “tepat-tidak” yang tersaji dalam cerita.

f.     Memahami konsep “sesuai perkembangan” dalam pedoman praktik pembelajaran atau Development Appropriate Practic (DAP).

Pendidik perlu menyadari bahwa cerita seyogyanya disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik, meliputi abilitas peserta didik dalam berbahasa, berpikir, bersosial-emosi, motorik dan moral, tanpa pemahaman ini cerita akan menjadi terlalu sulit (sehingga tidak dimengerti peserta didik) atau terlalu mudah (membosankan bagi peserta didik).

 

Peranan dan Tugas Customer Service

 

Peranan Customer Service

Customer Sevice  memegang peranan yang sangat penting di berbagai perusahaan. Dalam dunia perbankan, tugas utama seorang customer service adalah memberikan pelayanan dan membina hubungan dengan masyarakat. Secara umum, peranan customer service  bank adalah sebagai berikut:

1.      Mempertahankan nasabah lama agar tetap setia menjadi nasabah bank melalui pembinaan hubungan yang lebih akrab dengan nasabah.

2.      Berusaha untuk mendapatkan nasabah baru, melalui berbagai pendekatan. Misalnya meyakinkan nasabah untuk menjadi nasabah dan mampu meyakinkan nasabah tentang kualitas produk perbankan.(Kasmir, 2011: 181).

3.      Membantu pelanggan untuk memberikan informasi dan formulir

4.      Membantu menyelesaikan pengaduan pelanggan

5.      Memperkenalkan produk-produk atau jasa-jasa perusahaan

6.      Memberikan informasi mengenai fitur dan layanan perusahaan. (Rahmayanti, 2013: 204)

Dari beberapa pemaparan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa pelayanan customer service  adalah sebuah usaha untuk melayani nasabah yang dilakukan customer service yang melingkupi sikap dan perilaku customer service terhadap nasabahnya.

Tugas dan Fungsi Customer Service

Menurut Kasmir (2004: 203), Tugas Customer Service antara lain:

a.    Resepsionis, menerima tamu atau nasabah yang datang ke bank dengan ramah tamah, sopan, tenang, simpatik, menarik dan menyenangkan.

b.    Deskman, memberikan informasi tentang produk bank (syarat, ketentuan, manfaat, fasilitas dan lain-lain).

c.    Salesman, menjual produk perbankan, melakukan cross selling, mengadakan pendekatan dan mencari nasabah baru.

d.    Customer Relation Officer, menjaga image bank dengan membina hubungan baik dengan seluruh nasabah, sehingga nasabah merasa senang, puas dan percaya pada bank tersebut.

e.    Komunikator, memberikan informasi dan fasilitas kemudahan berinteraksi antara bank dan nasabah.

 

 

Menurut Kasmir (2004: 202), Fungsi Customer Service antara lain:

a.    Resepsionis, sebagai seorang yang menerima tamu yang datang ke bank tersebut.

b.    Deskman, sebagai seorang yang melayani berbagai macam aplikasi yang diajukan nasabah atau calon nasabah.

c.    Salesman, sebagai seorang yang menjual produk perbankan sekaligus sebagai pelaksana cross selling.

d.    Customer Relation Officer, seorang yang dapat membina hubungan baik dengan seluruh nasabah, termasuk merayu atau membujuk agar nasabah tetap bertahan dari bank tersebut jika terjadi masalah.

e.    Komunikator, seorang yang menghubungi nasabah dan memberikan informasi tentang segala sesuatu yang ada hubungannya antara bank dan nasabah.

 


Biografi Ki Hajar Dewantara: Bapak Pendidikan Indonesia

 

 

Nama kecil Ki Hajar Dewantara adalah Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Ia berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Meskipun demikian, ia sangat sederhana dan ingin dekat dengan rakyatnya. Ketika berusia 40 tahun menurut hitungan Tahun Caka, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Tujuannya berganti nama adalah agar ia dapat bebas dekat dengan rakyatnya.

Perjalanan hidup Ki Hajar Dewantara benar-benar ditandai dengan perjuangan dan pengabdian pada kepentingan bangsa dan negara. Ki Hajar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera). Ia tidak dapat menamatkan pendidikan di sekolah tersebut karena sakit. Setelah itu, ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar, seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisan-tulisannya sangat komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi pembacanya.

Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda Boedi Oetomo untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia. Ia selalu menyampaikan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Pada tanggal 25 Desember 1912, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) bersama dengan Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo. Akan tetapi, organisasi ini ditolak oleh pemerintahan Belanda karena dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme

rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.

Semangat Ki Hajar Dewantara terus menggebu. Pada bulan November 1913 ia membentuk Komite Bumipoetra. Komite Boemipoetra melancarkan kritik  terhadap Pemerintah Belanda yang ingin merayakan seratus tahun kebebasan Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya. Ki Hajar Dewantara juga mengecam rencana perayaan itu melalui tulisannya yang berjudul “Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga)”. Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukum buang (internering) ke Pulau Bangka

tanpa proses pengadilan. Kemudian, ia di buang ke Negara Belanda bersama kedua rekannya dan kembali ke tanah air pada tahun 1918 setelah memperoleh Europeesche Akte.

Pada tanggal 3 Juli 1922 Ki Hajar Dewantara bersama dengan rekan-rekan seperjuangannya mendirikan perguruan yang bercorak nasional, yaitu Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa (Perguruan Nasional Taman Siswa). Melalui perguruan Taman Siswa dan tulisan-tulisannya yang berjumlah ratusan, Ki Hajar Dewantara berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia. Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan yang pertama. Ki Hajar Dewantara tidak hanya dianggap sebagai tokoh dan pahlawan pendidikan yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai Pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Ki Hajar Dewantara meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta. Untuk melestarikan nilai dan semangat perjuangan Ki Hajar Dewantara, penerus Taman Siswa mendirikan museum Dewantara Kirti Griya di Yogyakarta.

Sebagai pahlawan yang dijuluki Bapak Pendidikan Indonesia, semangat dan jasa Ki Hajar Dewantara sepantasnya dikenang dan tidak dilupakan. Semoga apa yang dilakukannya itu dapat menginspirasi rakyat Indonesia menuju masa depan yang lebih baik.

BIOGRAFI HAJI KOKO KOSWARA

 


 

Haji Koko Koswara, nénéhna Mang Koko, lahir di Kacamatan IndihiangTasikmalaya, 10 April 1917. Ramana Ibrahim alias Sumarta, anu aya teureuh ti Sultan Banten (Sultan Hasanuddin). Anjeunna kagungan putra 8, diantawisna Tatang Benyamin Koswara (ayeuna pupuhu Yayasan Cangkurileung) sareng Ida Rosida (salah sawios panembang kahot sareng kungsi maén sinetron "Inohong di Bojongrangkong"). Atikan anjeunna dikawitan ti HIS (1932), MULO Pasundan (1935). Mang Koko kalebet anu ta'at sareng patuh kana agamana (Islam).

Padamelanna dikawitan ti taun 1937, mangsa bangsa urang nyanghareupan révolusi. Saterusna patutur-tutur didamel di: Balé Pamulang Pasundan, Paguyuban PasundanDe Javasche Bank; Harian Cahaya (Cahaya Simbun), Harian Suara Merdeka, Jawatan Penerangan Propinsi Jabar, guru anu saterasna janten Direktur Konservatori Karawitan Bandung (1961-1973); Dosen Luar Biasa di ASTI (Akademi Seni Tari Indonesia), Bandung, dugi ka pupusna ping 4 Oktober 1985.

 

Bakat seni sareng karya-karyana

Bakat senina ngocor ti ramana anu kacatet salaku juru mamaos Ciawian jeung Cianjuran. Saterasna anjeunna diajar ku nyalira ti seniman-seniman ahli karawitan Sunda anu parantos moyan, ogé neuleuman hasil karya widang karawitan ti Raden Machjar Angga Koesoemadinata (musikolog).

Anjeunna oge kacatet salaku anu ngadegkeun rupa-rupa pakumpulan kasenian, diantarana: Jenaka Sunda "Kaca Indihiang" (1946), "Taman Murangkalih" (1948), "Taman Cangkurileung" (1950), "Taman Setiaputra" (1950), "Kliningan Ganda Mekar" (1950), "Gamelan Mundinglaya" (1951), jeung "Taman Bincarung" (1958).

Oge anjeunna anu ngadegkeun sakaligus jadi pupuhu munggaran ti "Yayasan Cangkurileung" puseur, anu cabang-cabangna sumebar di lingkungan sakola-sakola sakuliah Jawa Kulon. Anjeunna ogé anu ngadegkeun tur pupuhu Yayasan Badan Penyelenggara "Akademi Seni Karawitan Indonesia" (ASKI), Bandung (1971). Kungsi anjeunna medalkeun majalah kasenian "Swara Cangkurileung" (1970-1983).

Karya cipta kawih-kawihna dikempelkeun dina buku-buku, boh anu kungsi dipedalkeun atawa anu masih mangrupa naskah-naskah, diantarana: "Resep Mamaos" (Ganaco, 1948), "Cangkurileung" (3 jilid/MB, 1952), "Ganda Mekar" (Taraté, 1970), "Bincarung" (Taraté, 1970), "Pangajaran Kacapi" (Balébat, 1973), "Seni Swara Sunda/Pupuh 17" (Mitra Buana, 1984), "Sekar Mayang" (Mitra Buana, 1984), "Layeutan Swara" (YCP, 1984), "Bentang Sulintang/Lagu-lagu Perjuangan"; jrrd.

Karya-karyana sanés ukur dina widang kawih, nanging ogé dina widang seni drama sareng gending karesmen. Dina lebah dieu kacatet, upamana bae: "Gondang Pangwangunan", "Bapa Satar", "Aduh Asih", "Samudra", "Gondang Samagaha", "Berekat Katitih Mahal", "Sekar Catur", "Sempal Guyon", "Saha?", "Ngatrok", "Kareta Api", "Istri Tampikan", "Si Kabayan", "Si Kabayan jeung Raja Jimbul", "Aki-Nini Balangantrang", "Pangeran Jayakarta", "Nyai Dasimah".

Pangajén ka Mang Koko

Mang Koko ginuluran seueur pangajén, boh anu asalna ti pamaréntah, lembaga atawa organisasi masarakat (LSM), upamana baé: Piagam Wijayakusumah (1971), salaku pangajén pangluhurna ti pamaréntah puseur (id: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) dina kategori "Sebagai Pembaharu dalam Bidang Seni Karawitan".

Tina riwayat ringkes kahirupan Mang Koko, urang patepang jeung hiji manusa anu enggeus masrahkeun jiwa, raga jeung bandanna pikeun kahirupan jeung kalanggengan seni, hususna seni Sunda. Jembarna, pikeun anjeunna, merenah upami urang ngaleleran gelar salaku "pahlawan panglelemes jiwa". Sabab, sakumaha kasauran anjeunna keneh dina salah sahiji kawihna, seni teh ngarupakeun panglemes jiwa.



Biografi Dewi Sartika

 


Déwi Sartika (Bandung, 4 Désémber 1884 -
Tasikmalaya, 11 Séptémber 1947
), inohong Sunda dina widang atikan jeung
kabinangkitan kaom istri. Diaku salaku Pahlawan Nasional ku Pamaréntah RI taun
1966.


Babad salira
Déwi Sartika lahir ti kulawarga ménak Sunda, Nyi Radén Rajapermas jeung Radén Somanagara. Najan ngarempak adat kabaheulaan, ramana keukeuh nyakolakeun Déwi Sartika, malah ka sakola Walanda pisan. Sapupus ramana, Déwi Sartika dirorok ku uwana (lanceuk ibuna), nu jeneng patih di Cicaléngka. Ti uwama anjeunna meunang atikan kasundaan, sedengkeun wawasan kabudayaan Kulon beunang pangwuruk istri Asistén Résidén.

Bakat pangatik
Ti leuleutik, Déwi Sartika geus némbongkeun bakat pangatik jeung kakeyeng kana kamajuan. Bari ulin di pipir gedong kapatihan, anjeunna sok sasakolaan, ngajar baca tulis, malah ngajarkeun basa Walanda, ka barudak anak babu, juru masak, jongos, kusir, jeung pangebon kapatihan. Minangka borna, nyaéta papan bilik kandang karéta, nulis maké areng, sabakna sesemplékan kenténg.

Harita téh ukur Déwi Sartika kakara sapuluh taunan, Cicaléngka geunjleung alatan barudak badéga kapatihan barisaeun baca tulis jeung sababaraha kecap basa Walanda. Geunjleung, sabab jaman harita mah teu loba anak cacah boga kabisa kitu, komo beunang ngajar budak awéwé.

Mangkat rumaja
Nalika geus rumaja, Déwi Sartika mulang deui ka ibuna di Bandung. Jiwana anu beuki sawawa, terus ngagiring anjeunna kana ngawujudkeun angen-angenna. Hal ieu karojong ku watek pamanna, Bupati Martanagara, pamanna pituin, nu mémang boga kereteg nu sarua. Ngan, pamanna teu kitu baé bisa ngawujudkeun kahayang alona, sabab adat jaman harita nganggap awéwé teu perlu sakola, cukup ku bisa migawé naon rupa nu bisa pikeun ngawulaan salaki.

Tina ku sumanget jeung keyengna, tungtungna Déwi Sartika bisa ngayakinkeun pamanna, sangkan diwidian ngadegkeun sakola istri.

Nikah
Taun 1906, Déwi Sartika nikah ka Radén Agah Suriawinata, saurang nonoman nu sapikir sahaluan, sajiwa sacita-cita, guru di Sakola Karang Pamulang, nu harita jadi Sakola Latihan Guru.


Ngadegkeun sakola
Tanggal 16 Januari 1904, Déwi Sartika muka Sakola Istri munggaran sa-Indonésia. Murid-muridna angkatan munggaran aya 20 urang, migunakeun rohangan pandopo kabupatén Bandung.

Sataun ti harita, 1905, sakolana nambahan kelas, sahingga merlukeun pindah ka Ciguriang. Lulusanana mimiti kaluar taun 1909, ngabuktikeun ka bangsa urang yén awéwé taya bédana jeung lalaki, bisa nampa pangajaran modél Kulon. Taun 1910, sakolana diropéa migunakeun harta banda pribadina sahingga bisa nyumponan sarat-sarat sakolaan formal.

Taun-taun salajengna di sawatara Tatar Sunda mitembeyan jlug-jleg sakola istri, utamana dikokolakeun ku sababaraha istri Sunda nu saangen-angen jeung Déwi Sartika. Taun 1912 geus aya salapan Sakola Istri di kota-kota kabupatén (satengahna ti julmah kota kabupatén sa-Pasundan). Dina umur anu kasapuluh, taun 1914, ngaran sakolana diganti jadi Sakola Kautamaan Istri. Kota-kota kabupatén Tatar Sunda nu can boga Sakola Kautamaan Istri kari tilu/opat deui. Malah meuntas heula ka Bukittinggi, Sakola Kautamaan Istri diadegkeun ku Encik Rama Saléh. Tatar Sunda kakara lengkep miboga Sakola Kautamaan Istri di unggal kota kabupatén dina taun 1920, katambah ku sababaraha nu ngadeg di kota kawadanaan.

Bulan Séptémber 1929, Déwi Sartika nyieun pangéling-ngéling sakolana nu geus ngadeg salila 25 taun, sarta sakolana ganti ngaran jadi “Sakola Radén Déwi”. Kana giatna dina ngamajukeun rahayat, utamana kaom istri, Déwi Sartika diganjar bintang jasa ku pamaréntah Hindia-Walanda.

 

 

 

 

 

 

 

 

PERKEMBANGAN MOTORIK PADA ANAK USIA DINI

 


 

Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pengendalian berasal dari perkembangan refleksi dan kegiatan massa yang ada pada waktu lahir. Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang mensetir setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak.

B. Jenis Perkembangan Motorik

Perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua:

1. Motorik kasar

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Keterampilan motorik kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga.
2. Motorik halus

Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menagkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan

Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit, ada juga yang tidak seperti orang yang memiliki keterbatasan fisik.

LATIHAN ULANGAN AKHIR SEMESTER 1 KELAS 2


 

Silanglah (X) huruf a, b, atau c di depan jawaban yang benar !

1.      termasuk peristiwa penting adalah ….

a.       mandi setiap hari

b.      pergi ke sekolah

c.       hari kelahiran

2.      dokumen penghargaan kejuaraan ….

a.       akta jual beli

b.      piagam

c.       ktp dan sim

3.      merupakan dokumen diri adalah ….

a.       ktp

b.      surat tanah

c.       kartu keluarga

4.      contoh dokumen penting adalah ….

a.       perangko

b.      undangan

c.       ijazah

5.      pengumpul barang-barang kuno disebut ….

a.       kondektur

b.      kolektor

c.       konduktor

6.      barang berharga dirawat agar ….

a.       mudah dijual

b.      mudah dicuri

c.       tetap awet

7.      kelahiran anak dicatatkan di kantor ….

a.       kelurahan

b.      kecamatan

c.       catatan sipil

8.      tanda kenal lahir disebut ….

a.       notaris

b.      jual beli

c.       akta kelahiran

9.      menyimpan foto sebaiknya di ….

a.       album

b.      buku

c.       amplop

 

10.  yang bukan dokumen adalah ….

a.       map

b.      akta

c.       ijazah

11.  surat penting disebut juga ….

a.       dokumen

b.      arsip

c.       katalog

12.  kebiasaan tidak baik contohnya ….

a.       mengerjakan pr di rumah

b.      mengerjakan pr di sekolah

c.       menyalin catatan dengan rapi

13.  sikap yang harus ditinggalkan ….

a.       malas

b.      rajin

c.       baik

14.  sikap yang perlu diperbaiki adalah ….

a.       berkelahi dengan teman

b.      belajar kelompok

c.       membantu ibu di dapur

15.  mengamankan barang koleksi….

a.       disimpan di lemari dan dikunci

b.      ditarus di atas meja

c.       diletakkan di atas lantai

16.  dalam map tersimpan….

a.       surat-surat penting

b.      uang

c.       perhiasan

17.  Ijazah, akta kelahiran dan ktp merupakan….

a.       dokumen

b.      arsip

c.       surat

18.  dilaminating berarti ….

a.       dilapis plastik

b.      dijilid

c.       dirapikan

19.  foto agar awet perlu ….

a.       dirawat

b.      dimasukkan lemari

c.       dilihat setiap hari

 

20.  perilaku baik yang harus ditingkatkan ….

a.       membantu ayah dan ibu

b.      memarahi adik

c.       tidak mengerjakan tugas

21.  memperbaiki diri contohnya ….

a.       belajar sungguh-sungguh

b.      bermain sungguh-sungguh

c.       bermalas-malasan

22.  cara meningkatkan perilaku baik….

a.       membagi waktu belajar

b.      bermain terus

c.       tidak mengerjakan pr

23.  masa lalu kurang baik dijadikan ….

a.       pelajaran berharga

b.      peringatan keras

c.       petunjuk

24.  peristiwa menyenangkan contohnya ….

a.       tinggal kelas

b.      sakit

c.       juara kelas

25.  ayah ibu dua anak disebut….

a.       triwarga

b.      caturwarga

pancawarga   

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate