Wednesday, October 24, 2018

Karakteristik Perkembangan Motorik Anak Usia Dini


Pada anak usia 5 tahun, syaraf-syaraf yang berfungsi mengontrol gerakan motorik sudah mencapai tingkat kematangannya dan menstimulasi serta mendorong berbagai kegiatan motorik yang dilakukan anak secara luas dalam kegiatannya. Otot besar yang mengontrol berbagai gerakan motorik kasar berkembang lebih cepat apabila dibandingkan dengan otot halus yang mengontrol berbagai kegiatan motorik halus. Pada waktu bersamaan persepsi visual motorik anak ikut berkembang dengan pesat, seperti mengisi gelas dengan air, menggambar, mewarnai dengan tidak keluar garis. Di usia 5 tahun anak telah memiliki kemampuan motorik yang bersifat kompleks yaitu kemampuan untuk mengkombinasikan gerakan motorik dengan seimbang seperti berlari sambil melompat dan mengendarai sepeda.
Ketika anak mampu melakukan suatu gerakan motorik, maka akan termotivasi untuk bergerak kepada motorik yang lebih luas lagi. Aktivitas fisiologis meningkat dengan tajam. Anak seakan-akan tidak mau berhenti melakukan aktivitas fisik, baik yang melibatkan motorik kasar maupun motorik halus. Pada saat mencapai kematangan untuk terlibat secara aktif dalam aktivitas fisik yang ditandai dengan kesiapan dan motivasi yang tinggi dan seiring dengan hal tersebut, perlu diberikan berbagai kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan keterampilan motorik anak secara optimal (Saputra, 2005:36).
Kemampuan gerak dasar merupakan kemampuan yang biasa siswa lakukan guna meningkatkan kualitas hidup. Perkembangan penguasaan gerak terjadi sejalan dengan pertumbuhan fisik, pada masa awal dan pembentukan pola gerak dasar. Gerak dasar tersebut meliputi berjalan, berlari, melompati, dan meloncat. Kesalahan pada gerak dasar yang tidak dikoreksi akan merugikan anak tersebut dan akan bersifat menetap dan sukar untuk dirubah, kerugian tersebut meliputi:
1.        Tidak efesiensinya gerakan,
2.        Buruknya mekanika pada saat penampilan
3.        Kemungkinan terjadinya cidera lebih besar,
4.        Pengeluaran energi lebih besar/pemborosan energi dan
5.        Prestasi yang diraih tidak maksimal akibat dari menurunnya kualitas gerak.

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.
Atau dengan kata lain bahwasanya perkembangan motorik anak dibagi menjadi dua, yang meliputi:
1)      Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, melompat, naik turun tangga.
2)      Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan (Yusuf, 2002: 101)


Tahap Perkembangan Menulis Anak Usia Dini


Buncil (2010:15) menyebutkan tahapan menulis anak, antara lain:
Tahap 1: Coretan-Coretan Acak. Mulai membuat coretan; random scribbling; Coretan awal; coretan acak; coretan-coretan seringkali digabungkan seolah-olah “krayon” tidak pernah lepas dari kertas. Warna-warna coretan dapat dikelompokkan bersama dan menyatu atau terpisah dalam kelompok-kelompok setiap halaman. Coretan dapat satu warna atau beberapa warna.
Tahap 2: Coretan Terarah. Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk garis lurus ke atas atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis, titik-titik, bentuk lonjong, atau lingkaran (huruf tiruan) mungkin terlihat tidak berhubungan dan menyebar secara acak di seluruh permukaan kertas.
Tahap 3: Garis dan Bentuk Khusus diulang-ulang, (Menulis Garis Tiruan)
Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah; dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.
Tahap 4: Latihan Huruf-Huruf Acak atau Nama. Huruf-huruf muncul berulang-ulang diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang lainnya sebagai simbol; dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di dalam garis, ditulis dalam gambar sederhana yang sudah dikenalnya misalnya rumah, saling berhimpit di atas yang lainnya secara berulang-ulang. Huruf-huruf nama mungkin saling tertukar, dan/atau ditulis di atas dan dibawah. Latihan nama dapat menggunakan huruf besar atau yang lainnya kecil, contoh-contoh yang abstrak atau benar.
Tahap 5: Menulis Nama. Nama mungkin yang pertama, terakhir, atau gabungan dan tulisan dapat muncul berulang-ulang dalam berbagai warna alat-alat tulis (spidol,crayon, pensil); nama dapat ditulis di depan atau sebagai cerminan pikiran, di dalam kotak dengan latar belakang atau bayangan berwarna; nama dapat ditulis di atas kertas dengan gambar di bawah; rangkaian angka-angka dan abjad dapat dimasukkan.
Tahap 6: Mencontoh Kata-Kata di Lingkungan. Menulis kata-kata dari lingkungan secara acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran, orientasi dan warna; termasuk nama anggota keluarga lainnya.
Tahap 7: Menemukan Ejaan. Usaha pertama untuk memeriksa dan mengeja kata-kata dengan menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk mewujudkan sebuah kata seperti yang digambarkan berikut ini: (1) Huruf konsonan awal (D mewakili Dinosaurus). (2) Huruf konsonan awal dan akhir (DS mewakili DinoSaurus). (3) Huruf konsonan tengah (DNS mewakili DiNoSaurus). (4) Huruf awal, tengah, konsonan akhir dan huruf hidup dituliskan pada tempatkan.
Tahap 8: Ejaan Umum. Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan benar menjadi kata lengkap.
Selain mengetahui kesiapan anak untuk belajar menulis, perlu memperhatikan juga tahapan perkembangan kemampuan menulis pada anak. Dengan begitu, orang tua dapat memberikan stimulus yang tepat, sesuai dengan kemampuan anak. Cara menstimulasinya adalah dengan menggunakan variasi metode dan media yang menarik agar anak senang berlatih menulis.
Ada enam tahapan kemampuan anak sebagai “penulis muda” (dalam Bunda Ali, 2009) yaitu:
a.         Inexperienced Writer yaitu Tahapan menggunakan gambar, tulisan scribble (coretan/ sketsa) ataupun bentuk lain seperti huruf, dan sebagainya. Contoh, tulisan anak yang bentuknya baru mirip huruf.
b.        Prewiter yaitu Tahapan mencontoh huruf, kata ataupun kalimat pendek. Anak juga mulai menggunakan huruf-huruf yang dikenalnya dalam menamakan suatu benda, dan menulis kata-kata yang pernah dipelajari (pernah terekam dalam memori). Contoh, tulisan satu kata.
c.         Developing Writer yaitu Anak paham bahwa kata-kata yang mereka ucapkan dapat dituliskan pula; mengerti bahwa kata-kata biasanya mewakili bunyi-bunyi tertentu. Juga mulai muncul huruf-huruf lain yang menunjukkan pemahamannya tentang hubungan bunyi maupun simbol, dan mulai menulis kata demi kata namun spasi antara kata biasanya belum muncul. Di tahap ini, anak dapat membaca tulisannya sendiri. Contoh, tulisan dua tiga kata tanpa spasi.
d.        Beginning Writer yaitu Anak dapat menulis kata demi kata, menulis dengan bimbingan orang dewasa, mulai menggunakan spasi untuk memisahkan satu kata dengan kata lain, serta mulai menunjukkan pemahaman tulisan di buku, majalah dan lainnya. Contoh, tulisan 3 kata dengan spasi.
e.         Experienced Writer yaitu di tahap ini, tumbuh kepercayaan diri anak. Dia mulai bisa menulis mandiri, menggunakan rancangan/pola/gambaran dari lingkungan sekitarnya sehingga menjadi kata yang bermakna, memahami penggunaan spasi, dapat menuliskan ide sederhana tapi cukup komplet, dan bisa mengeja kata-kata yang cukup sulit.
f.         Exceptional Writer yaitu Anak menunjukkan antusiasme yang tinggi. Dia lebih senang untuk menulis mandiri, menulis kalimat yang panjang, sudah terlatih menggunakan spasi antar kata, dan lain-lain. Contoh, tulisan anak SD awal, dimana tekanan tulisan sudah cukup mantap, dan bisa membuat kalimat.
Umumnya, kemampuan menulis anak TK (prasekolah) yang mendapat stimulasi baik, berada pada tahapan 3-4. Ketika anak usia TK sudah mencapai kemampuan seperti experience (tahap 5) ataupun exceptional writer (tahap 6), ini adalah bonus. Sebagai pendidik, orangtua tidak bisa mengharapkan semua anak usia prasekolah mencapai keterampilan seperti ini. Dengan stimulasi yang baik dan berkesinambungan, diharapkan pada usia SD, anak semakin terampil dan antusias dalam menulis mandiri.

Manfaat Bermain Bagi Anak

Dalam kegiatan bermain setiap anak mendapat berbagai bentuk manfaat yang dirasakannya. Adapun manfaat yang dapat dirasakan anak mencakup berbagai aspek yaitu:
a. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek fisik
Bila anak mendapat kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan gerakan-gerakan tubuh, akan membuat tubuh anak menjadi sehat. Otot-otot tubuh akan menjadi kuat, selain itu anak dapat menyalurkan energi yang berlebihan sehingga anak tidak merasa gelisah.
b.  Manfaat bermain untuk perkembangan aspek motorik kasar dan motorik halus
Saat masih bayi, anak tidak berdaya karena ia belum bisa menggunakan anggota tubuh, saat usia tiga bulan anak tersebut mulai mencoba meraih mainannya. Dari sini anak sudah mulai belajar mengkoordinasikan (menyelaraskan) gerakan mata dengan tangan, saat usia satu tahun anak senang memegang pensil untuk membuat coretan-coretan dan secara tidak langsung anak sudah melakukan gerakan-gerakan motorik halus yang diperlukan saat menulis, sekitar usia tiga tahun anak tersebut sudah bisa membuat garis lengkung, usia empat dan lima tahun anak sudah mulai menggambar bentuk-bentuk. Aspek motorik kasar juga dapat dikembangkan dengan bermain kejar-kejaran dengan teman seusianya.
c.  Manfaat bermain untuk perkembangan aspek sosial
Dalam kegiatan bermain anak, si anak akan belajar berkomunikasi dengan teman seusianya dan mulai belajar hak milik dengan orang lain. Melalui bermain peran, anak juga akan belajar menjadi seorang ayah, ibu, pembantu, dan lain-lain. Yang akan memberikan anak tersebut pengetahuan yang lebih luas dan mulai belajar rasa tanggungjawab.
d.  Manfaat bermain untuk perkembangan aspek emosi atau kepribadian
Dalam bermain juga anak bisa mengungkapkan emosinya seperti contoh di atas, bahwa anak akan bermain boneka-bonekaan dan memukul-mukul boneka tersebut sesukanya, karena anak tersebut sudah dimarahi secara fisik oleh orang tuanya. Anak-anak suka belajar bagaimana dan apa yang harus dilakukan saat di tengah-tengah kelompok, bagaimana dia bersikap jujur, murah senyum, tulus, bertanggungjawab, dan lain-lain.
e. Manfaat bermain untuk perkembangan aspek kognisi
Aspek kognisi ini diartikan sebagai pengetahuan yang luas, daya nalar, kreativitas, kemampuan berbahasa, serta daya ingat. Dalam kehidupannya anak-anak akan perlu berkomunikasi, yang pada mulanya hanya dengan bahasa tubuh, seiring dengan bertambahnya usia dan bertambah perbendaharaan kata, maka anak tersebut akan mulai berkomunikasi secara lisan.
f. Manfaat bermain untuk mengasah ketajaman penginderaan
Pada anak masa pra sekolah perlu dikembangkan ketajaman atau kepekaan penglihatan dan pendengaran, hal ini agar anak lebih mudah dalam belajar mengenal dan mengingat bentuk-bentuk. Tanpa kita sadari anak-anak sejak bayi sudah mulai belajar jenis-jenis suara, seperti mengenali suara ayah dan ibunya. Dan anak juga sudah mulai belajar mengingat warna-warna yang ada di sekitarnya.
g. Manfaat bermain untuk mengembangkan keterampilan fisik
Bila seorang anak mempunyai tubuh yang sehat dan kuat maka anak tersebut akan sangat aktif dalam bermain, seperti kejar-kejaran, melompat dan bahkan bergulingan, dengan sendirinya anak akan siap untuk melakukan kegiatan yang lebih sulit.
h. Pemanfaatan bermain sebagai media terapi
Bermain juga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh secara mental, seperti contoh:
1)   Anak yang agresif, suka menyerang orang lain, agresivitas muncul karena gangguan emosional diderita anak, mungkin anak diperlakukan terlalu keras oleh orang tuanya.
2)   Anak yang sulit bergaul, hal ini karena anak kurang bermain dan dia jarang sekali berkomunikasi dengan anak seusianya.

3. Permainan Menulis Di Atas Pasir
            Banyak anak-anak menyukai bermain dengan pasir. Pasir sendiri bertekstur lembut yang enak dipegang dan digenggam oleh tangan kecil anak. Selain itu, bahan ini bersifat multiguna karena mudah diubah bentuknya ke bentuk lain sehingga dapat menghasilkan sebuah karya seni sesuai daya imajinasi anak.
            Di dalam kelas, anak-anak kecil sebaiknya bisa menelusuri kegairahan menyentuh pasir dan air. Awalnya mereka mungkin bisa melakukan tanpa peralatan yang banyak. Peralatan mereka bisa melakukan permainan yang cukup rumit seperti menggunakan gelas pengukur, sendok pengukur, pengocok telur, boneka, kain pencuci, dan sebatang sabun. Anak yang lebih besar memang sangat menyukai hal-hal yang rumit, seperti menggunakan ranting pohon, batu-batuan, biji-bijian, gabus, busa, kapal untuk menelusuri setiap ide.
            Pada penelitian ini permainan menulis di atas pasir yang akan dilaksanakan yaitu berada di luar dan dalam ruangan. Pada tahap pertama kegiatan dilakukan di luar ruangan yang dilaksanakan secara berkelompok. Peneliti menyediakan pasir yang disimpan beralaskan koran/karung bekas. Anak bekerja secara berkelompok untuk meratakan pasir dan membuat berbagai bentuk di atas pasir tersebut.
            Pada tahap kedua kegiatan dilaksanakan di dalam ruang. Pasir disediakan berada di atas baki/nampan. Pada kegiatan ini anak belajar tidak belajar secara berkelompok lagi tapi individual karena pasir yang disediakan berada di tempat yang lebih kecil. Anak diperintahkan untuk membuat bentuk seperti garis lurus, garis miring, garis lengkung dan lain-lain.
            Setiap kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan yaitu berupa permainan menulis di atas pasir, peneliti melakukan observasi terhadap perkembangan anak. Hal ini merupakan bagian dari penilaian yang dilakukan sebagai bahan evaluasi dalam melakukan tindakan berikunya.

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan motorik halus anak usia dini yaitu usia dan jenis kelamin. Kemampuan seorang anak untuk melakukan gerak motorik tertentu tak akan sama dengan anak lain walaupun usia mereka sama. Misalnya, Ani seorang anak berusia 4 tahun, sudah dapat membuka baju sendiri, sedangkan Dede yang juga berusia 4 tahun masih memerlukan bantuan untuk melepas bajunya jika ia akan mandi atau Adi seorang anak berusia 5 tahun masih belum dapat menangkap bola yang dilemparkan padanya, padahal Anto teman sebayanya sudah sangat terampil melakukan kegiatan lempar dan tangkap bola bersama teman-temannya. Keadaan tersebut menunjukkan ada anak-anak yang masih kurang menguasai gerakan motorik halus atau kasarnya. (Sumantri, 2005 : 143).
Perbedaan jenis kelamin juga berpengaruh pada perkembangan motorik anak TK. Anak perempuan lebih sering melatih ketrampilan yang membutuhkan keseimbangan tubuh, seperti permainan melompati tali (skipping), atau melompat-lompat dengan bola besar (hoping). Sedangkan anak laki-laki lebih senang melatih ketrampilan melempar, menangkap dan menendang bola atau berperilaku yang mementingkan kecepatan dan kekuatan. Anak laki-laki juga lebih senang berpartisipasi pada kegiatan yang melatih ketrampilan motorik kasar, sedangkan anak perempuan lebih suka pada ketrampilan motorik halus. Ada beberapa kegiatan yang dapat mengembangkan gerakan motorik anak, misalnya aktivitas berjalan di atas papan, olahraga (melompat tali, renang, sepak bola, bulu tangkis, senam, bersepeda), menari atau bermain drama. Kegiatan-kegiatan tersebut selain menyenangkan untuk anak-anak juga dapat melatih rasa percaya diri anak.
Selain perkembangan motorik kasar yang meningkat, perkembangan motorik halus juga meningkat. Pada usia ini koordinasi mata, tangan anak semakin baik. Anak sudah dapat menggunakan kemampuan untuk melatih diri dengan bantuan orang dewasa. Anak dapat menyikat gigi, menyisir, mengancingkan baju, membuka dan memakai sepatu, melipat, meronce, dan lain-lain. Kelenturan tangannya juga semakin baik. Anak dapat menggunakan tangannya untuk berkreasi. Faktor-faktor pendukung dalam meningkatkan perkembangan motorik kasar maupun motorik halus antara lain adalah mainan atau lingkungan yang memungkinkan anak untuk melatih keterampilan motoriknya (Izzaty, 2005 : 55).
Perkembangan motorik merupakan proses memperoleh keterampilan dan pola gerakan yang dapat dilakukan anak. Misalnya dalam kemampuan motorik kasar anak belajar menggerakan seluruh atau sebagian besar anggota tubuh, sedangkan dalam mempelajari keterampilan motorik halus anak belajar ketepatan koordinasi tangan dan mata. Anak juga belajar menggerakan pergelangan tangan agar lentur dan anak belajar berkreasi dan berimajinasi.
Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menyatukan dua lembar kertas, menganyam kertas, tapi tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan pada tahap yang sama. Dalam melakukan gerakan motorik halus anak juga memerlukan dukungan keterampilan fisik serta kematangan mental.
Keterampilan motorik halus sangat penting karena berpengaruh pada segi pembelajaran lainnya. Keadaan ini sesuai dengan penelitian Tedjasaputra (2001:46) bahwa motorik halus penting karena ini nantinya akan dibutuhkan anak dari segi akademis. Kegiatan akademis tersebut seperti menulis, menggunting, menjiplak, mewarnai, melipat, menarik garis dan menggambar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1999:45) bahwa penguasaan motorik halus penting bagi anak, karena seiring makin banyak keterampilan motorik yang dimiliki semakin baik pula penyesuaian sosial yang dapat dilakukan anak serta semakin baik prestasi di sekolah.
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan otot-otot kecil atau halus, gerakan lebih menuntut koordinasi mata dan tangan serta kemampuan pengendalian gerak yang baik, yang memungkinkan melakukan ketepatan dan kecermatan dalam gerakan-gerakan.
Senada dengan pengertian tersebut, Sujiono (2009:113) mengatakan bahwa: “Keterampilan motorik halus adalah keterampilan yang gerakannya hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Seperti keterampilan menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.”
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gerakan motorik halus anak tidak terlalu membutuhkan tenaga yang kuat, namun lebih terpaku pada koordinasi mata dan tangan yang lebih cermat. Hal tersebut, memungkinkan anak untuk dapat mengurus dirinya sendiri misalnya menyisir rambut, menggosok gigi, mengancingkan baju dan lain-lain.

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate