Sunday, November 1, 2020

Masalah – masalah khusus yang berhubungan dengan bahan baku

 


Dalam bagian ini diuraikan akuntansi biaya bahan baku, jika dalam proses produksi terjadi sisa bahan (scrap materials), produk cacat (defective goods), dan produk rusak (spoiled goods).

1.       Sisa bahan (scrap materials)

Bahan yang mengalami kerusakan di dalam proses pengerjaannya disebut sisa bahan. Perlakuan terhadap sisa bahan tergantung dari harga jual sisa bahan itu sendiri. Jika harga jual sisa bahan rendah, biasanya tidak dilakukan pencatatan jumlah dan harganya sampai saat penjualannya. Tetapi jika harga jual sisa bahan tinggi, perlu dicatat jumlah dan harga jual sisa bahan tersebut dalam kartu persediaan pada saat sisa bahan diserahkan oleh bagian produksi ke bagian gudang.

Jika di dalam proses produksi terdapat sisa bahan, masalah yang timbul adalah bagaimana memperlakukan hasil penjualan sisa bahan tersebut. hasil penjualan sisa bahan dapat diperlukan sebagai :

a.       Pengurangan biaya bahan baku yang dipakai dalam pesanan yang menghasilkan sisa bahan tersebut.

b.      Pengurangan terhadap biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi.

c.       Penghasilan di luar usaha (other income)

2.       Produk Cacat (Defective Goods)

Produk cacat adalah produk yang tidak memenuhi standard mutu yang telah ditentukan, tetapi dengan mengeluarkan biaya pengerjaan kembali untuk memperbaikinya, produk tersebut secara ekonomis dapat disempurnakan lagi menjadi produk jadi yang baik.

Masalah yang timbul dalam produk cacat adalah bagaimana memperlakukan biaya tambah untuk pengerjaan kembali (rework costs) produk cacat tersebut. jika produk cacat bukan merupakan hal yang biasa terjadi dalam proses produksi, tetapi karena karakteristik pengerjaan pesanan tertentu, maka biaya pengerjaan kembali produk cacat dapat di bebankan sebagai tambahan biaya produksi pesanan yang bersangkutan.

3.       Produk Rusak (Spoiled Goods)

Produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standard mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat di perbaiki menjadi produk yang baik. Produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.

Perlakuan terhadap produk rusak adalah tergantung dari sifat dan sebab terjadinya :

a.       Jika produk rusak terjadi karena sulitnya pengerjaan pesanan tertentu atau faktor luar biasa yang lain, maka harga pokok produk rusak dibebankan sebagai tambahan harga pokok produk yang baik dalam pesanan yang bersangkutan. Jika produk rusak tersebut masih laku dijual, maka hasil penjualannya diperlakukan sebagai pengurangan biaya produksi pesanan yang menghasilkan produk rusak tersebut.

b.      Jika produk rusak merupakan hal yang normal terjadi dalam proses pengolahan produk, maka kerugian yang timbul sebagai akibat terjadinya produk rusak dibebankan kepada produksi secara keseluruhan, dengan cara memperhitungkan kerugian tersebut di dalam tarif biaya overhead pabrik.     

No comments:

Post a Comment

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate