Buncil (2010:15) menyebutkan
tahapan menulis anak, antara lain:
Tahap 1:
Coretan-Coretan Acak. Mulai membuat coretan; random scribbling; Coretan awal; coretan acak; coretan-coretan
seringkali digabungkan seolah-olah “krayon” tidak pernah lepas dari kertas.
Warna-warna coretan dapat dikelompokkan bersama dan menyatu atau terpisah dalam
kelompok-kelompok setiap halaman. Coretan dapat satu warna atau beberapa warna.
Tahap 2:
Coretan Terarah. Coretan terarah dimunculkan dalam bentuk garis lurus ke atas
atau mendatar yang diulang-ulang; garis-garis, titik-titik, bentuk lonjong,
atau lingkaran (huruf tiruan) mungkin terlihat tidak berhubungan dan menyebar
secara acak di seluruh permukaan kertas.
Tahap 3:
Garis dan Bentuk Khusus diulang-ulang, (Menulis Garis Tiruan)
Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah; dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.
Diwujudkan melalui bentuk, tanda, dan garis-garis yang terarah; dapat terlihat mengarah dari sisi kiri ke kanan halaman dengan huruf-huruf yang sebenarnya atau titik-titik sepanjang garis; dapat mengarah dari atas ke bawah halaman kertas.
Tahap 4:
Latihan Huruf-Huruf Acak atau Nama. Huruf-huruf muncul berulang-ulang
diwujudkan dari namanya; beberapa dapat diakui dan yang lainnya sebagai simbol;
dapat mengambang di atas kertas, digambarkan di dalam garis, ditulis dalam
gambar sederhana yang sudah dikenalnya misalnya rumah, saling berhimpit di atas
yang lainnya secara berulang-ulang. Huruf-huruf nama mungkin saling tertukar,
dan/atau ditulis di atas dan dibawah. Latihan nama dapat menggunakan huruf
besar atau yang lainnya kecil, contoh-contoh yang abstrak atau benar.
Tahap 5:
Menulis Nama. Nama mungkin yang pertama, terakhir, atau gabungan dan tulisan
dapat muncul berulang-ulang dalam berbagai warna alat-alat tulis (spidol,crayon,
pensil); nama dapat ditulis di depan atau sebagai cerminan pikiran, di dalam
kotak dengan latar belakang atau bayangan berwarna; nama dapat ditulis di atas
kertas dengan gambar di bawah; rangkaian angka-angka dan abjad dapat
dimasukkan.
Tahap 6:
Mencontoh Kata-Kata di Lingkungan. Menulis kata-kata dari lingkungan secara
acak dan diulang-ulang dalam berbagai ukuran, orientasi dan warna; termasuk
nama anggota keluarga lainnya.
Tahap 7:
Menemukan Ejaan. Usaha pertama untuk memeriksa dan mengeja kata-kata dengan
menggabungkan huruf yang bermacam-macam untuk mewujudkan sebuah kata seperti
yang digambarkan berikut ini: (1) Huruf konsonan awal (D mewakili Dinosaurus).
(2) Huruf konsonan awal dan akhir (DS mewakili DinoSaurus). (3) Huruf konsonan
tengah (DNS mewakili DiNoSaurus). (4) Huruf awal, tengah, konsonan akhir dan
huruf hidup dituliskan pada tempatkan.
Tahap 8:
Ejaan Umum. Usaha-usaha mandiri untuk memisahkan huruf dan mencatatnya dengan
benar menjadi kata lengkap.
Selain mengetahui kesiapan
anak untuk belajar menulis, perlu memperhatikan juga tahapan perkembangan
kemampuan menulis pada anak. Dengan begitu, orang tua dapat memberikan stimulus
yang tepat, sesuai dengan kemampuan anak. Cara menstimulasinya adalah dengan
menggunakan variasi metode dan media yang menarik agar anak senang berlatih
menulis.
Ada enam tahapan kemampuan
anak sebagai “penulis muda” (dalam Bunda Ali, 2009) yaitu:
a.
Inexperienced Writer yaitu Tahapan menggunakan gambar, tulisan
scribble (coretan/ sketsa) ataupun bentuk lain seperti huruf, dan sebagainya.
Contoh, tulisan anak yang bentuknya baru mirip huruf.
b.
Prewiter yaitu Tahapan mencontoh huruf, kata ataupun
kalimat pendek. Anak juga mulai menggunakan huruf-huruf yang dikenalnya dalam
menamakan suatu benda, dan menulis kata-kata yang pernah dipelajari (pernah
terekam dalam memori). Contoh, tulisan satu kata.
c.
Developing Writer yaitu Anak paham bahwa kata-kata yang mereka
ucapkan dapat dituliskan pula; mengerti bahwa kata-kata biasanya mewakili
bunyi-bunyi tertentu. Juga mulai muncul huruf-huruf lain yang menunjukkan
pemahamannya tentang hubungan bunyi maupun simbol, dan mulai menulis kata demi
kata namun spasi antara kata biasanya belum muncul. Di tahap ini, anak dapat
membaca tulisannya sendiri. Contoh, tulisan dua tiga kata tanpa spasi.
d.
Beginning Writer yaitu Anak dapat menulis kata demi kata, menulis
dengan bimbingan orang dewasa, mulai menggunakan spasi untuk memisahkan satu
kata dengan kata lain, serta mulai menunjukkan pemahaman tulisan di buku,
majalah dan lainnya. Contoh, tulisan 3 kata dengan spasi.
e.
Experienced Writer yaitu di tahap ini, tumbuh kepercayaan
diri anak. Dia mulai bisa menulis mandiri, menggunakan rancangan/pola/gambaran
dari lingkungan sekitarnya sehingga menjadi kata yang bermakna, memahami
penggunaan spasi, dapat menuliskan ide sederhana tapi cukup komplet, dan bisa
mengeja kata-kata yang cukup sulit.
f.
Exceptional Writer yaitu Anak menunjukkan antusiasme yang
tinggi. Dia lebih senang untuk menulis mandiri, menulis kalimat yang panjang,
sudah terlatih menggunakan spasi antar kata, dan lain-lain. Contoh, tulisan
anak SD awal, dimana tekanan tulisan sudah cukup mantap, dan bisa membuat
kalimat.
Umumnya, kemampuan menulis anak TK (prasekolah)
yang mendapat stimulasi baik, berada pada tahapan 3-4. Ketika anak usia TK
sudah mencapai kemampuan seperti experience
(tahap 5) ataupun exceptional writer
(tahap 6), ini adalah bonus. Sebagai pendidik, orangtua tidak bisa mengharapkan
semua anak usia prasekolah mencapai keterampilan seperti ini. Dengan stimulasi
yang baik dan berkesinambungan, diharapkan pada usia SD, anak semakin terampil
dan antusias dalam menulis mandiri.
No comments:
Post a Comment