Sunday, November 1, 2020

Anak Berkebutuhan Khusus


Anak berkebutuhan khusus atau yang pada masa lampau disebut anak cacat memiliki karakteristik khusus dan kemampuan yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya. Tipe anak berkebutuhan khusus bermacam-macam dengan penyebutan yang sesuai dengan bagian diri anak yang mengalami hambatan baik telah ada sejak lahir maupun karena kegagalan atau kecelakaan pada masa tumbuh-kembangnya. Menurut Kauffman & Hallahan (2005) dalam  Bendi Delphie (2006)  tipe-tipe kebutuhan khusus yang selama ini menyita perhatian orangtua dan guru adalah (1) tunagrahita (mental retardation) atau anak dengan hambatan perkembangan (child with development impairment), (2) kesulitan Belajar (learning disabilities) atau anak yang berprestasi rendah, (3) hiperaktif (Attention Deficit Disorder with Hyperactive ), (4) tunalaras (Emotional and behavioral disorder), (5) tunarungu wicara (communication disorder and deafness), (6) tunanetra atau anak dengan hambatan penglihatan (Partially seing and legally blind), (7) autistik, (8) tunadaksa (physical  handicapped), dan (9) anak berbakat (giftedness and special talents).

Karakteristik anak berkebutuhan khusus dan hambatan yang mereka alami seringkali menyulitkan mereka mengakses layanan publik, seperti fasilitas di tempat umum yang tidak aksesibel bagi mereka, hingga layanan tumbuh-kembang dan pendidikan yang relatif membutuhkan usaha dan biaya ekstra.  Perbedaan karakteristik dan kebutuhan mereka dibanding anak-anak pada umumnya membutuhkan bentuk penanganan dan layanan khusus yang sesuai dengan kondisi mereka. Kondisi mereka yang berbeda bukan menjadi alasan untuk menghindari atau membuang mereka, melainkan justru membuahkan kesadaran untuk menghargai keragaman individu dan memberi perhatian dan layanan seideal yang seharusnya mereka terima. Sebagaimana dinyatakan dalam Deklarasi Bandung: Indonesia menuju Pendidikan Inklusi 2004 menyatakan bahwa keberadaan anak berkelainan dan anak berkebutuhan khusus lainnya di Indonesia berhak mendapatkan kesamaan hak dalam berbicara, berpendapat, memperoleh pendidikan, kesejahteraan dan kesehatan, sebagaimana yang dijamin oleh UUD 1945; serta mendapatkan hak dan kewajiban secara penuh sebagai warga negara.

Layanan untuk anak berkebutuhan khusus berusaha menjembatani hambatan yang dialami anak dan memanfaatkan potensi anak untuk dapat mengakses kesempatan hidup sebesar-besarnya. Layanan diberikan dengan berorientasi pada prinsip mempertimbangkan kesamaan masing-masing tipe anak berkebutuhan khusus dan juga perbedaan individual dari masing-masing tipe tersebut, menjaga sikap optimis untuk dapat memberi layanan baik pendidikan, medis, psikologis, maupun upaya-upaya pencegahan, mengedepankan potensi anak daripada fokus pada hambatan mereka, dan memandang bahwa kebutuhan khusus bukanlah hambatan melainkan kurangnya kesempatan anak untuk melakukan sesuatu yang orang lain pada umumnya mampu lakukan, baik dalam hal tingkat kematangan (emosi, mental, dan atau fisik), kesempatan yang diberikan masyarakat kepada mereka untuk hidup ‘normal’, dan pengajaran atau pendidikan sesuai hak yang seharusnya mereka dapatkan (Hallahan & Kauffman, 2006).

Adapun sifat layanan untuk anak berkebutuhan khusus meliputi upaya yang dilakukan sesegera mungkin setelah kebutuhan khusus anak diidentifikasi, akomodatif terhadap kebutuhan khusus anak, dilakukan secara berkesinambungan sepanjang usia,  dan komprehensif atau menyeluruh dalam mengatasi hambatan yang dialami. Sesuai dengan sifatnya tersebut, layanan untuk berkebutuhan khusus merentang dimulai dari usia dini (atau sejak diidentifikasi kebutuhan khususnya) hingga usia dewasa. Tahap-tahap usia yang menjadi fokus yang menentukan keberhasilan layanan adalah usia dini, usia sekolah, dan usia transisi (usia peralihan antara masa sekolah dengan masa dewasa yang ditandai ). Menurut Hardman, dkk (1990) layanan anak berkebutuhan khusus untuk masing-masing tahap usianya dijelaskan sebagai berikut :

 i.     Usia dini

Bentuk layanan pada usia dini adalah intervensi meminimalkan efek kebutuhan khusus dan mencegah sebisa mungkin bertambahnya gangguan pada diri anak. Pada usia dini intervensi yang dilakukan bersifat intensif, komprehensif mencakup keseluruhan komponen tumbuh-kembang anak, fokus terhadap masalah pada tumbuh kembang, dan kontinu. Sedangkan wilayah layanan yang diberikan meliputi deteksi dini tumbuh-kembang, pra kondisi akademik, latihan activity daily living, latihan adaptive behavior, upaya pencegahan cacat sekunder dengan mencermati pemberian treatmen atau layanan, latihan peran sosial sebaya, dan memilih metode terapi yang sesuai. 

ii.          Usia sekolah

Pada usia sekolah layanan yang diberikan berawal dari usia pra sekolah atau yang biasanya disebut usia TK. Fokusnya adalah layanan adaptasi anak terhadap kondisi pertumbuhan fisik, perkembangan sosial, emosi dan tingkahlaku, serta adaptasi terhadap tugas-tugas akademik. Layanan pada tahap usia ini selain melibatkan peran lembaga akademik seperti sekolah, juga membutuhkan peran supportif orangtua yang bekerjasama pihak-pihak terkait layanan kebutuhan khusus anak sebagai rujukan seperti ortopedagok, dokter, dan psikolog.

iii.          Usia transisi

Usia transisi merupakan tahap yang krusial karena mengusahakan kelangsungan masa depan anak berkebutuhan khusus yang diharapkan tidak berakhir begitu saja di usia sekolah. Program yang dipersiapkan untuk anak pada masa ini dimaksudkan agar anak berkebutuhan khusus mampu mencapai kemandirian personal, berintegrasi di lingkungan sosial, memiliki pilihan-pilihan hidup yang independen, dan mampu memenuhi kebutuhan ekonomi diri sendiri sesuai dengan usia, potensi, dan kapasitas mereka sebagai individu berkebutuhan khusus. Program layanan usia transisi berdasarkan pada kurikulum yang berorientasi pada aktifitas dan kebutuhan publik, perencanaan kehidupan usia dewasa (memilih pekerjaan, tempat tinggal, dan pemanfaatan waktu luang), serta bagaimana sistem kerjasama publik.  

No comments:

Post a Comment

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate