Friday, September 27, 2019

Prinsip-prinsip Perkembangan Motorik Halus


Prinsip pengembangan motorik halus menurut (Jamaris, 2003:9) prinsip untuk pengembangan motorik adalah kematangan saraf, urutan, motivasi, pengalaman, dan latihan atau praktik.
Pada waktu anak dilahirkan hanya memiliki otak sebesar 25% dari berat otak orang dewasa. Saraf-saraf tersebut belum berkembang sesuai dengan fungsinya dalm mengontrol berbagai gerak motorik baik motorik kasar maupun motorik halus. Dengan bertambahnya umur anak yang makin bertambah dan perkembangan semakin besar anak mengalami proses neurological naturalation (kematangan neorologis).
Proses perkembangan fisiologis manusia berlangsung secara berurutan yang terdiri atas a) Pembedaan yang mencakup perkembangan secara berlahan dari motorik kasar yang belum terarah dengan baik kepada gerak yang lebih terarah sesuai fungsi gerak motorik kasar, b) Keterpaduan yaitu  kemampuan dalam menggabungkan gerakan motorik yang saling berlawanan dalam koordinasi gerak yang baik, seperti berlari dan berhenti.
Motivasi yang datang dari dalam diri anak tersebut perlu didukung dengan Motivasi yang datang dari luar. Misalnya memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai aktifitas motorik dan menyediakan berbagai sarana dan prasarana yang dibutuhkan anak.
Pada saat anak mencapai kematangan untuk terlihat secara aktif  dalam aktifitas fisik yang ditandai motivasi yang tinggi, orang tua dan guru perlu memberi kesempatan dan pengalaman yang dapat meningkatkan motorik anak secara optimal. Peluang ini tidak saja berbentuk memberikan anak melakukan kegiatan fisik akan tetapi perlu dukungan dengan berbagai fasilitas yang berguna bagi pengembangan keterampilan motorik kasar maupun motorik halus anak.
Pendidik yang bekerja dengan anak-anak usia dini perlu menekankan pentingnya kegiatan bermain atau pengembangan motorik dan pengembangan lainnya terdapat dua hal yang seyogyanya tidak dilupakan, pertama adalah pemahaman akan pentingnya hubungan kegiatan tersebut dengan pengembangan daya fikir dan daya cipta anak. Hal kedua adalah bila anak tanpa bergerak bebas, tanpa kesempatan bermain dan tanpa kesempatan menjelajahi lingkungannya anak akan kurang tumbuh kembang secara optimal.
Pembelajaran motorik halus di sekolah ialah pembelajaran yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil serta koordinasi antara mata dan tangan. Saraf motorik halus bisa dilatih dan dikembangkan melalui kegiatan dan rangsangan yang dilakukan secara rutin dan terus-menerus diantaranya: 1) Bermain puzzle, 2) Menyusun balok, 3) Memasukkan   benda   ke   dalam    lubang    sesuai  bentuknya, 4) Membuat garis, 5) Melipat kertas, 6) Menulis dengan huruf dan bentuk tulisan yang benar. (Decaprio, 2013:20).
Dari prinsip pembelajaran di atas sebagai seorang pendidik kita akan dengan mudah mengajar di Taman Kanak-kanak dengan menjadikan prinsip pembelajaran tersebut sebagai acuan pengajaran di Taman Kanak-kanak sehingga kebutuhan anak dalam belajar dan kemampuan anak dalam mengembangkan aspek perkembangannya khususnya aspek motorik halus dapat dikembangkan dengan baik.

Kemampuan motorik halus setiap anak di sekolah tentu tidak sama, baik dari segi kekuatan maupun ketepatan. Kondisi ini dipengaruhi oleh pembawaan dan stimulasi yang diperolehnya. Sebenarnya ada banyak hal yang mempengaruhi kemampuan motorik halus anak. Tidak hanya suasana dan lingkungan belajar di sekolah, melainkan juga kondisi lingkungan dan keluarga yang turut memberikan pengaruh besar terhadap kecerdasan motorik halusnya (Decaprio, 2013:20-21).

No comments:

Post a Comment

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate