Pada pelaksanaannya metode bercerita dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a.
Bercerita tanpa alat peraga
Di
mana pada pelaksanaannya tanpa menggunakan alat peraga sebagai media bercerita
dan guru harus memperhatikan ekspresi wajah, gerak-gerik tubuh, dan suara
tenaga pendidik harus dapat membantu fantasi peserta didik untuk mengkhayalkan
hal-hal yang diceritakan guru.
b.
Bercerita dengan alat peraga
Di
mana pada pelaksanaannya menggunakan alat peraga sebagai media penjelas dari
cerita yang didengarkan peserta didik, sehingga imajinasi peserta didik terhadap
suatu cerita tidak terlalu menyimpang dari apa yang dimaksudkan oleh tenaga
pendidik.
1)
Alat peraga yang
digunakan dapat berupa: Alat peraga langsung, yaitu menggunakan benda asli atau
benda sebenarnya (misalnya: kelinci, kembang, piring) agar peserta didik dapat
memahami isi cerita dan dapat melihat langsung ciri-ciri serta kegunaan dari
alat tersebut.
2)
Alat peraga tak
langsung, yaitu menggunakan benda-benda yang bukan alat sebenarnya. Bercerita
dengan alat peraga tak langsung dapat berupa:
a)
Bercerita dengan benda-benda tiruan.
Tenaga
pendidik menggunakan benda-benda tiruan sebagai alat peraga (misalnya: binatang
tiruan, buah-buahan tiruan, sayuran tiruan). Benda-benda tiruan tersebut
hendaknya mempunyai proporsi bentuk dan warna yang sesuai dengan aslinya.
b)
Bercerita dengan menggunakan gambar-gambar.
Tenaga
pendidik menggunakan gambar sebagai alat peraga dapat berupa gambar lepas,
gambar dalam buku atau gambar seri yang terdiri dari 2 sampai 6 gambar yang
melukiskan jalannya cerita.
c)
Bercerita dengan menggunakan papan flanel.
Tenaga
pendidik menggunakan papan flanel untuk menempelkan potongan-potongan gambar
yang akan disajikan dalam suatu cerita.
d)
Membacakan cerita.
Tenaga
pendidik menggunakan buku cerita dengan tujuan agar minat peserta didik
terhadap buku semakin bertambah.
e)
Sandiwara boneka.
Tenaga
pendidik menggunakan berbagai macam boneka yang akan dipentaskan dalam suatu
cerita.
No comments:
Post a Comment