Friday, March 1, 2019

Media Pewarna Makanan


Kata media berasal dari bahasa latin, yang bentuk tunggalnya adalah medium. Dalam hal ini akan dibatasi pengertian media dalam dunia pendidikan saja, yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan pembelajaran (Daryanto, 2011:4). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 2005:125), media adalah alat, perantara, penghubung sarana, melalui majalah, radio, televisi, film, poster dan spanduk. Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber infomasi kepada penerima informasi. Istilah media sangat popular dalam bidang komunikasi. Proses belajar mengajar pada dasarnya juga merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa serta siswa dengan siswa.
Beberapa batasan yang diberikan para ahli tentang media diantaranya, Gagne (Sadiman, 1993:6) mengemukakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Kemudian Nasution menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan menggunakan mordant untuk meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna.
Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki afinitas terhadap substrat.
Bukti arkeologi menunjukkan bahwa, khususnya di India dan Timur Tengah, pewarna telah digunakan selama lebih dari 5000 tahun. Bahan pewarna dapat diperoleh dari hewan, tumbuhan, atau mineral. Pewarna yang diperoleh dari bahan-bahan ini tidak memerlukan proses pengolahan yang rumit. Sampai sejauh ini, sumber utama bahan pewarna adalah tumbuhan, khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu, daun, dan kayu. Sebagian dari pewarna ini digunakan dalam skala komersil.
Pewarna makanan merupakan zat rona yang dicampur ke dalam makanan atau minuman. Permenkes RI No. 722/Menkes/Per/IX/1988 menyebutkan bahwa pewarna makanan merupakan bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau memberi rona pada makanan atau minuman. Penambahan rona dalam makanan bertujuan buat memperbaiki rona makanan yang tadinya terlihat pucat menjadi lebih menarik.
Sebagai konsumen yang cerdas, tentunya kita tak dapat menilai kualitas bahan makanan dari warnanya. Akan tetapi, harus berdasarkan cita rasa, tekstur, dan juga nilai gizi yang terkkandung di dalamnya.
Namun, kita pun tak dapat melarang apabila masih banyak konsumen yang tertarik pada makanan sebab warnanya yang terlihat menggoda. Hanya saja, Anda wajib mempertimbangkan mengenai akibat dari mengonsumsi beberapa makanan atau minuman yang mengandung zat pewarna buat makanan yang berlebihan. Satu hal lagi buat memperkaya pengetahuan Anda, berikut ini akan kami jelaskan mengenai seluk-beluk pewarna buat makanan.
1. Jenis Zat Pewarna Makanan
Berdasarkan dari sumbernya, pewarna buat makanan dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yakni sebagai berikut.
a. Pewarna Alami
Pewarna alami dapat didapatkan dari aneka tanaman dan juga hewan. Beberapa pewarna alami yang memiliki nilai nutrisi cukup tinggi, misalnya: riboflavin, karotenoid, kobalamin; dan pewarna yang dapat dijadikan bumbu seperti kunir, kayu manis, paprika; atau pewarna yang berfungsi sebagai pemberi rasa, misalnya: caramel, cokelat, kopi, buah-buahan, dan lain-laim.
Beberapa perusahaan makanan dan minuman enggan menggunakan pewarna alami sebab warnanya yang tak homogeny. Sehingga, sangat sulit mendapatkan rona yang stabil. Selain itu, penggunaan bahan alami pada sebuah produk makanan/minuman akan membuat biaya produksi semakin membengkak.
b. Pewarna Sintetis
Pewarna sintetis merupakan pewarna protesis yang biasa ditambahkan dalam makanan atau minuman. Perkin merupakan penemu pewarna makanan sintetis, tepatnya pada tahun 1856. Pewarna sintetis dapat dikatakan sangat murah dan mudah didapatkan dibandingkan pewarna alami. Banyak alasan yang membuat perusahaan makanan dan minuman lebih memilih pewarna makanan sintetis, di antaranya ialah biaya produksi yang lebih murah, rona yang dihasilkan lebih beragam, dan hasil pewarnaan lebih baik dan maksimal.
Pada dasarnya, pewarna sintetik dikelompokkan sebagai pewarna basa, pewarna asam, pewarna direct, pewarna reaktif, pewarna disperse, pewarna mordant, pewarna vat, pewarna azo, dan pewarna sulfur. Di negara berkembang, zat yang terkandung dalam pewarna protesis harus lolos berbagai mekanisme pengujian sebelum dapat digunakan sebagai pewarna pangan. Permitted color atau certified color merupakan zat-zat pewarna yang diizinkan dalam pangan.
Dalam penggunaan zat pewarna pun sebuah perusahaan harus menjalani beberapa mekanisme dan pengujian yang disebut dengan proses sertifikasi. Pada proses sertifikasi, pengujian yang dilakukan meliputi toksikologi, biokimia, kimia, dan analisis media terhadap pewarna makanan tersebut.
Meskipun begitu harus mengetahui bahwa proses pembuatan zat rona sintetis biasanya melalui pemberian zat-zat kimia, seperti asam sulfat atau asam nitrat yang umumnya terkontaminasi zat-zat yang bersifat racun, seperti logam berat atau arsen. Berdasarkan kelarutannya, pewarna sintetis digolongkan menjadi dua bagian, yakni sebagai berikut.
Dyes, merupakan zat pewarna yang biasanya memiliki sifat larut dalam air. Karena sifatnya yang larut dalam air menyebabkan warnanya mudah merata dan dapat digunakan buat mewarnai bahan. Selain air, kita dapat menggunakan pelarut lainnya, misalnya gliserin, alkohol, propelin glikol, dan lain-lain.
Lakes, merupakan zat pewarna yang memiliki sifat tak larut air dan semua pelarut lainnya. Sebab, pewarna ini dibuat dengan proses pengendapan dan absorpsi dyes menggunakan alumunium hidrat sebagai alat pelapisnya.
2. Dampak Positif dan Negatif Penggunaan Pewarna Makanan
Penggunaan pewarna makanan sintetis dalam berbagai produk pangan pastinya memiliki akibat positif ataupun negatif bagi produsen dan konsumen.
1)   Memiliki stabilitas yang cukup bagus.
2)   Membuat rona makanan lebih menarik.
3)   Meratakan rona makanan.
4)   Tersedia dalam jumlah yang cukup.
5)   Memiliki kekuatan mewarnai yang sangat tinggi, sehingga membuat penggunaannya dapat dikatakan memberi laba secara ekonomi.
6)   Memiliki daya larut yang bagus dalam air maupun alkohol.
7)   Tidak berasa dan juga tak berbau.
8)   Memiliki bentuk yang beragam.
Meskipun memiliki akibat positif bagi produsen, namun penggunaan pewarna sintetis ternyata juga dapat menimbulkan akibat negatif terhadap kesehatan manusia, apabila:
1)   dikonsumsi dalam jumlah sedikit, namun berulang-ulang,
2)   dikonsumsi dalam jangka waktu lama,
3)   dikonsumsi secara berlebihan,
4)   dikonsumsi dalam kondisi yang tak tepat,
5)   penyimpanan dan pengolahannya tak memenuhi persyaratan.
3. Macam Pewarna Alami yang Aman
Sebagai solusi yang tepat buat kesehatan, maka disarankan buat menggunakan pewarna alami berikut ini.
1)      Daun Suji
Daun suji biasa digunakan buat mendapatkan rona hijau pada makanan. Tanaman suji merupakan tanaman hias yang mudah ditanam di media pot atau pada kebun secara langsung. Campuran daun suji dan daun pandan menghasilkan rona yang latif dan aroma harum pada makanan dan minuman. Cara membuatnya: potong-potong kasar daun suji dan daun pandan. Kemudian, blender hingga halus. Lalu, peras dan saring. Untuk mengawetkannya, dapat menambahkan kapur sirih, masukkan ke dalam botol yang tertutup, dan masukkan dalam kulkas.
2)      Kayu Secang
Secang merupakan tanaman berkayu yang batangnya dapat kita manfaatkan sebagai pewarna buat makanan. Cara penggunaannya ialah batang kayu tersebut dipasrah atau diserut terlebih dahulu. Kemudian, direbus dengan air hingga mendidih. Airnya dapat digunakan bersama minuman atau makanan yang akan diwarnai. Tanaman secang yang dapat memberi imbas rona merah ini dapat diperoleh di toko penjual jamu tradisional.
3)      Bunga Telang
Bunga telang yang memiliki rona biru keunguan biasanya tumbuh di wilayah Asia. Rona yang menarik dapat digunakan sebagai pewarna alami biru buat kue ataupun minuman. Cara pemakaiannya: cuci beberapa genggam kembang telang, kemudian tumbuk atau remas-remas hingga lembut. Tambahkan sedikit air, lalu saring. Cara lain yang dapat dilakukan ialah dengan merebus kembang talang, kemudian saring, dan ambil airnya.
4)      Kunyit
Kunyit merupakan tanaman umbi-umbian yang biasa dijadikan bumbu masakan. Cara penggunaannya dengan cara diparut, ditumbuk, atau diblender hingga lembut. Kemudian, tambahkan sedikit air, peras, dan saring. Namun jika tak ingin repot, dapat mendapatkannya di swalayan atau toko-toko terdekat ( http://www.binasyifa.com/109/18/27/ macam-pewarna-alami-yang-aman.html).


No comments:

Post a Comment

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate