Wednesday, March 6, 2019

Sosiologi Pendidikan

Sosiologi Pendidikan
R.J. Stalcup mengemukakan bahwa sociology of education merupakan suatu analisis terhadap proses-proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan. Tekanan dan wilayah telaahnya pada lembaga pendidikan itu sendiri. (Faisal dan Yasin, tt:39)
Beberapa pengertian sosiologi pendidikan yang lain termuat dalam Nasution (2004: 4):
1. menurut George Payne, yang kerap disebut bapak Sosiologi pendidikan, secara spesifik memandang sosiologi pendidikan sebagai studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segala segi ilmu yang dterapkan. Baginya, sosiologi pendidikan tidak hanya meliputi segala sesuatu dalam bidang sosiologi yang dapat dikenakan sosiologis. Adapun menurutnya adalah memberikan guru-guru, para peneliti yang efektif dalam sosiologi yang dapat memberikan sumbangannya kepada pemahaman yang lebih mendalam tentang pendidikan.
2. F.G Robbins dan Brown mengemukakan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasikan pengalamannya. Sosiologi pendidikan juga mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
3. E.B.Reutern: Sosiologi pendidikan mempunyai kewajiban untuk menganalisa lembaga-lembaga pendidikan dalam hubungannya dengan perkembangan manusia dan dibatasi oleh pengaruh-pengaruh lembaga-lembaga pendidikan yang menentukan kepribadian sosial dari tiap-tiap individu. Jadi pada dasarnya antara individu dengan lembaga-lembaga sosial saling mempengaruhi (process social interaction).
Tidak ketinggalan, Gunawan (2006:2) mengemukakan definisinya tentang sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dari beberapa definisi, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
Aktivitas masyarakat dalam pendidikan, merupakan sebuah proses sehingga pendidikan dapat dijadikan instrumen oleh individu untuk dapat berinteraksi secara tepat di komunitas dan masyarakatnya. Pada sisi lain, sosiologi pendidikan memberikan penjelasan yang relevan dengan kondisi kekinian masyarakat, sehingga setiap individu sebagai anggota masyarakat dapat menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan berbagai fenomena yang muncul dalam masyarakatnya.
Namun demikian, pertumbuhan dan perkembangan masyarakat merupakan bentuk lain dari pola budaya yang dibentuk oleh suatu masyarakat. Pendidikan tugasnya tentu saja memberi penjelasan mengapa suatu fenomena terjadi, apakah fenomena tersebut merupakan suatu yang harus terjadi, dan bagaimana mengatasi segala implikasi yang bersifat buruk dari berkembangnya fenomena tersebut sekaligus memelihara implikasi dari berbagai fenomena yang ada.
3. Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan
Penelitian dan analisis terhadap sistem pendidikan berdasarkan keduanya yang sekarang, tentunya sudah bisa dikuatkan antar-antar ruang lingkup sosiologi pendidikan. Karena minat dan pengalaman, ruang lingkup yang diajukan ini terbatas pada wilayah analisis seputar sistem pendidikan formal.
Dalam hubungan ini, Nasution (2004:6-7), mengemukakan ruang lingkup sosiologi pendidikan meliputi pokok-pokok berikut ini:
1. hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek lain dalam masyarakat
a. hubungan pendidukan dengan sistem sosial atau struktur sosial
b. hubungan antara sistem pendidikan dengan proses kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c. fungsi pendidikan dalam kebudayaan
d. fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
e. fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan kelompok rasial, kultural dan sebagainya
2. hubugan antar manusia di dalam Sekolah
a. hakikat kebudayaan Sekolah sejauh ada perbeadaanya dengan kebudayaan diluar sekolah dan
b. pola interaksi sosial dan stuktur masyarakat Sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta kelompok-kelompok murid lainnya
3. pengaruh Sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak disekolah / lembaga pendidikan
a. peranan sosial guru-guru / tenaga pendidikan
b. hakikat kepribadian guru / tenaga pendidikan
c. pengaruh kepribadian guru / tenaga kependidikan terhadap kelakuan anak / peserta didik, dan
d. fungsi Sekolah / lembaga pendidikan dalam sosial murid / peserta didik.
4. hubungan lembaga pendidikan dalam masyarakat
Di sini dianalisis pola-pola interaksi antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya dalam masyarakat di sekitar sekolah / lembaga pendidikan.
Hal yang termasuk dalam wilayah itu antara lain yaitu :
a. Pengaruh masyakarat atas organisasi Sekolah /lembaga pendidikan
b. Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam sistematis sosial dalam masyarakat luar sekolah.
c. Hubungan antara Sekolah dan masyarakat pendidikan dan
d. Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam masyarakat yang berkaitan dengan organisasi Sekolah, yang perlu untuk memahami sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam kehidupan masyarakat.
Ruang lingkup sosiologi pendidikan tersebut pada dasarnta untuk mempererat dan meningkatkan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri.
Bidang garapan sosiologi pendidikan

Pengetahuan agama



Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan metodis, pendekatan yang digunakan adalah empiris-terikat dimensi ruang dan waktu serta berdasarkan kemampuan panca indra manusia, rasional dan umum.
Ilmu pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah selesai dipikirkan. Ia merupakan suatu hal yang tidak mutlak. Kebenaran yang dihasilkan ilmu pengetahuan bersifat relatif (nisbi), positif dan terbatas. Hal ini disebabkan ilmu pengetahuan tidak mempunyai alat lain dalam menguak rahasia alam kecuali indra dan kecerdasan (otak).
Filsafat ini akan mengajari manusia untuk menjadi manusia yang sebenarnya, yaitu manusia yang mengikuti kebenaran, mempunyai ketenangan pikiran, kepuasan, kemantapan hati, kesadaran akan arti dan tujuan hidup, gairah rohani dan keinsafan, kemudian mengaplikasikannya dalam bentuk topangan atas dunia baru, menuntun kepadanya, mengabdi kepada cinta mulia kemanusiaan, berjiwa dan bersemangat universal dan sebagainya.
Pada dasarnya filsafat merupakan cara berpikir yang sistematis, koheren, sinoptik, konsepsional, rasional dan mengarah pada pandangan dunia. Filsafat merupakan berpikir tentang hakekat dari segala sesuatu. Baik dari segi ontologinya, epistemologinya, dan aksiologinya.
Agama berasal dari bahasa sanskerta yaitu a dan gam yaitu tidak pergi, sedangkan dalam bahasa arab yaitu din dan dalam bahasa latin yaitu relegere yang berarti undang-undang.
Agama adalah sesuatu yang berasal dari Tuhan, berupa ajaran tentang ketentuan, kepercayaan, kepasrahan dan pengamalan, yang diberikan kepada makhluk yang berakal demi keselamatan dan kesejahteraanya di dunia dan akherat. Agama merupakan kebenaran mutlak karena bersumber dari Tuhan.
Klasifikasi Ilmu pengetahuan menurut objeknya
Menurut Obyeknya (terutama obyek formalnya atau sudut pandangnya)
1)     Universal/umum: meliputi keseluruhan yang ada seluruh hidup manusa, misalnya: teologi/agama dan filsafat.
2)       Khusus: hanya mengenai salah satu lapangan tertentu dan kehidupan manusia, jadi obyeknya terbatas, hanya ini saja atau itu saja. inilah yang biasanya disebut “ilmu pengetahuan”

Ø  Ilmu-ilmu alam (natural scienses, natuurwetenschappen)
Ilmu yang mempelajari barang-barang menurut keadaanya di alam kodrat saja, terlepas dari pengaruh manusia dan mencari hukum-hukum yang mengatur apa yang terjasi di dalam alam, jadi terperinci lagi menurut obyeknya. Termasuk di dalamnya adalah: ilmu alam, ilmu fisika, ilmu kimia, ilmu hayat dan sebagainya.
Ø  Ilmu pasti (mathematics)
Ilmu yang memandang barang-barang, terlepas dari isinya hanya menurut besarnya. Jadi mengadakan abstaraksi barang-barang itu. Ilmunya dijabarkan secara logis berpangkal pada beberapa asas-asas dasar (axioma). Termasuk di dalamnya adalah: ilmu pasti, ilmu ukur, ilmu hitung, ilmu al jabar dan sebagainnya.
Ø  Ilmu-ilmu kerohanian / kebudayaan (geisteswisssen-schaften/social-sciences)
Ilmu yang mempelahari hal-hal dimana jiwa manusia memegang peranan yang menentukan. Yang dipandang bukan barang-barang seperti di alam dunia, terlepas dari manusia, melainkan justru sekadar mengalami pengaruh dari manusia. Termasuk misalnnya: ilmu sejarah, ilmu mendidik, ilmu hukum , ilmu ekonomi, ilmu sosiologi, ilmu bahasa dan sebagainnya.



Budaya belajar
























Pengetahuan terdiri dari empat macam.
1. Pengetahuan Biasa (Common Sense)
Pengetahuan biasa muncul karena adanya kegiatan akal sehat manusia yang ditujukan pada kejadian sehari-hari yang mereka alami. Misalnya, pengetahuan tentang terbit dan tenggelamnya matahari, pengetahuan tentang hujan yang turun dari langit. Pengetahuan biasa bisa terjadi melalui pencerapan pancaindra, baik disengaja maupun tidak.
Ciri pengetahuan biasa (Harold H. Titus)
Cenderung menjadi biasa dan tetap serta bersifat peniruan atau pewarisan dari masa lampau
Sering kabur atau samar dan memiliki arti ganda
Merupakan suatu kebenaran atau kepercayaan yang tidak teruji atau tidak pernah diuji kebenarannya
2. Pengetahuan Ilmu (science)
Science yaitu pengetahuan manusia yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yaitu berobyek, bermetoda, berisistem, dan bersifat universal. Pengetahuan ilmiah ini hanya dimiliki oleh beberapa orang saja.
Ilmu (science) terdiri dari dari dua jenis (Randall):
Formal science (matematika dan logika formal).
* memfokuskan perhatian pada hubungan-hubungan logis matematis yang murni.
Empirical science (sosiologi, psikologi, antropologi, psikologi sosial, dll.).
* memfokuskan perhatian pada aspek-aspek pengalaman empiris.
Perbedaan antara common sense dengan empirical science:
Common sense diperoleh melalui pengalaman secara tidak disadari atau tidak disengaja; empirical science diperoleh melalui pengalaman secara metodologis.
Common sense bersifat random dan kebetulan;
empirical science berorientasi pada tujuan dan bersifat selektif.
Common sense bersifat kabur, obyek dan situasinya tidak dapat dibeda-bedakan (air merupakan sesuatu untuk membasahi);
empirical science bersifat abstrak yang diperlukan untuk merumuskan hipotesis, generalisasi, atau hukum-hukum (air merupakan zat kimia).
Persamaan antara common sense dengan science:
keduanya mencari kebenaran.
keduanya timbul dari keinginan manusia untuk mengejar kebenaran untuk mengerti akan dirinya sendiri.
Perbedaan antara common sense dengan science:
Common sense tidak memandang betul-betul sebab-sebabnya, tidak mencari rumusan seobyektif-obyektifnya, tidak menyelidiki obyeknya sampai habis-habisan, tidak ada sintesis, tak bermetode, dan tak bersistem.
Science mementingkan sebab-sebabnya, mencari rumusan sebaik-baiknya, menyelidiki obyeknya selengkap-lenkgpanya sampai habis-habisan, bersintesis, bermetode, dan bersistem.
3. Pengetahuan Filsafat
Pengetahuan kefilsafatan yaitu pengetahuan manusia yang berisi tentang hakikat atau esensi, memiliki ciri deskriptif kritik atau analitik, evaluatif dan normatif, spekulatif dan sistematik.
4. Pengetahuan Religi
Pengetahuan religi adalah pengetahuan manusia yang diperoleh melalui keyakian sehingga bersifat dogmatik. Pengetahuan keagamaan bertitik tolak dari ajaran wahyu maupun hal-hal yang bersifat religi.
Antara pengetahuan biasa, pengetahuan ilmiah, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang sangat erat.
Pengetahuan adalah hasil dari upaya orang untuk mengetahui tentang sesuatu seperti rasa enak, sedih, bahagia, dan lain sebagainya.
Ilmu pengetahuan adalah pendalaman lebih lanjut pengetahuan manusia. Ilmu pengatahuan adalah kumpulan pengetahuan mengenai hal tertentu (obyek/lapangan) yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan penjelasan yang sistematis yang dapat dipertanggungjawabkan dengan menunjukkan sebab-sebab hal/kejadian itu.
Filsafat adalah pendalaman lebih lanjut dari ilmu pengetahuan, terutama mengenai masalah-masalah yang fundamental dan tujuan yang ingin dicapai oleh ilmu pengetahuan.






Penggolongan Ilmu Pengetahuan Menurut Subyek dan Objek:
- Menurut Subyek:
1.     Teoritis
- Nomotetis: ilmu yang menerapkan hukum-hukum yang berlaku universal, mempelajari obyeknya dalam bentuk yang abstrak dan mencoba menemukan unsur-unsur yang selalu terdapat dalam setiap pernyataannya yang kongkrit bilamana dan di mana pun. Contoh, ilmu alam, ilmu kimia, sosiologi, ilmu hayat, dsb.)
- Ideografis (ide: cita-cita, grafis: lukisan) ilmu yang mempelajari obyeknya dalam bentuk kongkrit menurut tempat dan waktu tertentu yang sifatnya unik. Contoh, ilmu sejarah, etnografi.
2.     Praktis
- Normatif: ilmu yang memesankan bagaimana orang harus berbuat dengan membebankan kewajiban dan larangan. Contoh, etika (filsafat kesusilaan, filsafat moral).
- Positif: ilmu yang mengatakan bagaimana orang harus berbuat sesuatu dengan mencapai hasil tertentu. Contoh, ilmu pertanian, ilmu teknik, ilmu kedokteran, dsb.
- Menurut Objeknya:
1.     Universal (umum): meliputi keseluruhan yang ada, seluruh hidup manusia. Contoh, teologi/agama dan filsafat.
2.     Khusus (hanya meliputi salah satu obyek material atau objek formalnya)
No
Obyek Material atau Lapangan Ilmu Pengetahuan (Obyek yang Dipandang)
Obyek formal atau Sudut Pandang (Bagaimana Memandang Obyek)
1
Ilmu-ilmu Alam
Fisika, kimia, biologi, dll.
2
Ilmu Pasti (matematika)
Aljabar, geometri, aritmetika, dll.
3
Ilmu kerohanian/kebudayaan
Ilmu sejarah, ilmu mendidik, ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu politik, ilmu bahasa, dll.
Tingkat-tingkat Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan, menurut tingkatannya, terdiri dari:
1. Ilmu Pengetahuan Deskriptif
Yaitu ilmu pengetahuan yang memberikan jawaban atas pertanyaan ilmiah bagaimana. Jawaban dari pertanyaan ini merupakan pengetahuan dan pengertian tentang sifat-sifat dari obyeknya.
2. Ilmu Pengetahuan Normatif
Yaitu ilmu pengetahuan yang memberikan jawaban atas pertanyaan ilmiah ke mana. Jawaban dari pertanyaan ini merupakan pengetahuan tentang hal-hal yang biasa terjadi dan selalu berulang-ulang secara terus menerus. Kejadian-kejadian itu kemudian disebut kebiasaan, dan kebiasaan ini lalu dijadikan pedoman. Dari pedoman-pedoman itu kemudian dipelajari dan dirumuskan menjadi tujuan yang akhirnya dituangkan di dalam aturan-aturan atau norma-norma.
3. Ilmu Pengetahuan Kausal atau Esensi
Yaitu ilmu pengetahuan yang memberikan jawaban atas pertanyaan ilmiah apa. Jawaban dari pertanyaan ini merupakan pengetahuan tentang hakikat. Ilmu pengetahuan tentang hakikat disebut juga dengan ilmu pengetahuan yang ingin mencari inti mutlak dari halnya.
























Budaya atau kebudayaan tidak hanya berupa fenomena yang berwujud material semata, baik yang berupa benda, tindakan ataupun emosi, melainkan sesuatu yang abstrak yang terdapat dalam pikiran manusia, yaitu berupa model system pengetahuan manusia yang digunakan oleh pemiliknya untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi (Geodenough dalam Spradley, 1972). Tegasnya kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosio budaya yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman, lingkungannya yang menjadi kerangka landasan untuk menciptakan dan mendorong terwujudnya kelakuan (Suparlan: 1980). Berdasarkan konsep tersebut, maka budaya belajar juga dipandang sebagai model-model pengetahuan manusia mengenai belajar yang digunakan oleh individu atau kelompok social untuk menafsirkan benda, tindakan dan emosi dalam lingkungannya.
Cara pandang budaya belajar sebagai system pengetahuan mengisyaratkan bahwa, budaya belajar merupakan “pola kelakuan manusia yang berfungsi sebagai blueprint (pedoman hidup) yang dianut secara bersama” (Keesing & Keesing, 1971). Sebagai sebuah pedoman, budaya belajar digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, yang dapat menciptakan dan mendorong individu-individu bersangkutan melakukan berbagai macam tindakan dan pola tindakan yang sesuai dengan kerangka aturan yang telah digariskan bersama. 
Budaya belajar dapat menjadi piranti proses adaptasi manusia dengan lingkungannya, baik berupa lingkungan fisik maupun lingkungan social. System pengetahuan belajar digunakan untuk adaptasi dalam kerangka memenuhi tiga syarat kebutuhan hidup, yakni:
1)      Syarat dasar alamiah, yang berupa kebutuhan biologis, seperti pemenuhan kebutuhan makan, minum, menjaga stamina, menjadikan organ-organ tubuh manusia lebih berfungsi
2)      Syarat kejiwaan, yakni pemenuhan kebutuhan akan perasaan tenang, jauh dari perasaan takut, keterkucilan, kegelisahan dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya
3)      Syarat dasar social, yakni kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, dapat melangsungkan hubungan, dapat mempelajari kebudayaan, dapat mempertahankan diri dari serangan musuh. (Suparlan, 1980, Bennet, 1976: 172)
Lebih lanjut Bunnet (1976) menjelaskan, bahwa adaptasi adalah upaya menyesuaikan dalam arti ganda, yakni manusia belajar menyesuaikan kehidupan dengan lingkungannya, atau sebaliknya manusia belajar agar lingkungan yang dihadapi dapat disesuaikan dengan keinginan dan tujuannya. Pada kenyataannya manusia memang tidak hanya sekedar menerima lingkungan dengan apa adanya, melainkan belajar untuk menanggapi bergabai masalah yang ada  di lingkungannya. Oleh karena itu, pada suatu lingkungan masyarakat terdapat ragam bentuk tindakan belajar individu atau kelompok yang pada dasarnya terdorong oleh sikap adaptif mereka. Upaya manusia melakukan belajar menyesuaikan dengan lingkungannya senantiasa berhubungan dengan pranata social, psikologis, ekonomi dan juga fisik nya. (Montagu, 1969, Smith, 1982: 85-89).
Dalam kaitannya itu, maka budaya belajar dapat dipandang juga sebagai strategi adaptasi yang berupa model-model pengetahuan belajar yang mencakup serangkaian aturan, petunjuk, resep-resep, rencana, strategi yang dimiliki dan digunakan oleh individu pembelajar untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya(spradley, 1972). Resep-resep tersebut berisikan pengetahuan belajar yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan tata cara yang digunakan untuk mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya.
Pendidikan sebagai pranata social selalu berbeda dalam tatanan system social masyarakat pendukungnya, yang memiliki kedudukan penting yang relative sama dengan pranata keluarga, agama dan pemerintahan dalam menentukan tata kelakuan seseorang dan kelompok. Oleh karena itu kepribadian seseorang adalah produk dari budaya masyarakat pendukung kebudayaan itu.




















No comments:

Post a Comment

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate