2.2.1. Pengertian
Metode Pembelajaran
Metode secara harfiah
adalah cara (Syah, 2006: 201). Sedangkan menurut Moeslichatoen (2004: 7) metode
merupakan cara untuk mencapai tujuan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
metode dapat diartikan sebagai cara yang teratur untuk mencapai tujuan atau
cara kerja yang tersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012).
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Lebih lanjut, Tardif menjelaskan bahwa
metode pembelajaran adalah prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan
kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pembelajaran kepada anak.
Metode pembelajaran
merupakan cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan pembelajaran kepada
anak dengan melibatkan interaksi yang aktif dan dinamis antara guru dan anak,
sehingga tujuan belajar yang telah ditetapkan dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Metode pembelajaran dalam konteks Pendidikan Anak Usia Dini dapat
diartikan sebagai cara yang sistematis untuk mengembangkan berbagai potensi
anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Pembelajaran menggunakan
banyak metode menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang lebih bermakna.
Lima faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar, antara lain
(Fathurrohman, 2001: 38):
a. Tujuan dengan berbagai jenis dan fungsi.
b. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangan.
c. Situasi dengan keadaan yang berlainan.
d. Fasilitas bervariasi secara kuantitas dan
kualitas.
e. Kepribadian dan kompetensi guru yang berbeda–beda.
Kolaborasi antara guru dan
anak sangat diperlukan untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas baik.
Guru sebaiknya menentukan metode yang akan digunakan belum melakukan proses
pembelajaran. Penentuan metode bertujuan supaya proses pembelajaran berjalan
dengan lancar dan mencapai tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Pemilihan
suatu metode harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang
menjadi objek pembelajaran.
2.2.2. Macam–macam Metode Pembelajaran di TK
Direktorat Pembinaan Taman
Kanak–Kanak dan Sekolah Dasar, dibawah naungan Departemen Pendidikan Nasional,
mengeluarkan Panduan Pengelolaan Taman Kanak–Kanak. Salah satu pokok
bahasan dalam Bab Pengelolaan TK adalah metode pembelajaran. Metode
pembelajaran yang dilakukan di TK (Departemen Pendidikan Nasional, 2006: 30–32,
Moeslichatoen, 2004: 24–29), antara lain:
a. Metode Bercerita
Metode bercerita adalah
cara penyampaian cerita pada anak. Guru memberikan penjelasan suatu cerita
kepada anak secara lisan. Melalui tokoh–tokoh yang ada dalam cerita, banyak
pesan moral dan nilai–nilai agama yang dapat ditanamkan kepada anak.
b. Metode Bercakap–cakap
Metode bercakap–cakap
berupa dialog atau tanya jawab antara guru dan anak atau sesama anak.
Bercakap–cakap dapat dilakukan dengan tiga bentuk, yaitu percakapan bebas,
perkacapan menurut tema, dan percakapan berdasarkan gambar seri. Percakapan
bebas tidak terikat dengan tema. Percakapan berdasarkan gambar seri menggunakan
gambar seri sebagai bahan pembicaraan.
c. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tertentu pada anak. Metode tanya jawab
digunakan untuk mengetahui pengalaman dan pemikiran yang dimiliki oleh anak.
Metode tanya jawab memberikan kesempatan bagi anak untuk bertanya dan
mengemukakan pendapat.
d. Metode Karya Wisata
Metode karya wisata
dilakukan dengan mengunjungi objek wisata sesuai tema. Melalui karya wisata,
anak memperoleh pengalaman belajar secara langsung dengan menggunakan seluruh
panca indera. Kegiatan karya wisata dilakukan diluar lembaga sesuai dengan tema
yang sedang dibicarakan.
e. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi
dilakukan dengan memperagakan suatu karya, proses, atau kegiatan. Kegiatan ini
bertujuan supaya anak memahami langkah – langkah melakukan kegiatan yang benar.
Anak diharapkan dapat melakukan kegiatan yang
dicontohkan dengan benar.
f. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Metode sosiodrama
memberikan pengalaman kepada anak tentang masalah sosial melalui bermain peran.
Anak diminta menjadi tokoh dan melakukan peran tertentu. Berbagai pesan moral
dan sosial dapat ditanamkan kepada anak melalui bermain peran.
g. Metode Eksperimen
Metode eksperimen
memberikan pengalaman pada anak dengan memberi perlakuan terhadap sesuatu. Anak
mengamati sebab dan akibat suatu fenomena secara langsung. Metode eksperimen
biasa digunakan pada pembelajaran sains.
h. Metode Proyek
Metode proyek memberikan
kesempatan anak untuk belajar secara bertahap. Tahapan awal sampai akhir adalah
sebuah kesatuan rangkaian. Anak dikondisikan untuk berpikir kreatif dan
inovatif. Metode proyek menggunakan sumber alam sekitar dan kegiatan
sehari–hari yang sederhana.
i. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian
memberikan kesempatan anak untuk menjalankan tugas yang diberikan oleh guru.
Anak diberi kesempatan melaksanakan kegiatan sesuai petunjuk langsung guru.
j. Metode Bermain
Metode bermain sangat
penting pada masa kanak–kanak. Semua kegiatan pembelajaran pada masa
kanak–kanak dilakukan dengan konteks bermain. Bermain memberikan kepuasan
tersendiri bagi anak. Menurut Gordon dan Browne, bermain adalah pekerjaan anak
dan gambaran pertumbuhan anak. Bermain merupakan kegiatan tidak serius, lentur,
imajinatif, dan transformatif (Moeslichatoen, 2004: 24).
Bermain adalah kegiatan
yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup,
dan hidup adalah permainan (Sujiono, 2009 :144). Anak usia dini tidak
membedakan antara bermain, belajar dan bekerja. Anak-anak pada umumnya sangat
menikmati permainan dan akan terus melakukannya dimanapun mereka memiliki
kesempatan.
Piaget dalam Sujiono
(2009:144) menyatakan bahwa bermain adalah sesuatu kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan/kepuasan bagi seseorang. Sedangkan
Parten dalam Sujiono (2009 : 144 ) memandang “kegiatan bermain sebagai sarana
sosialisasi, diharapkan melalui bermain dapat memberi kesepakatan pada anak
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar
secara menyenangkan”. Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak mengenal
tentang diri sendiri, dengan siap ia hidup serta tempat dimana ia hidup.
Selanjutnya dockett dan
fleern dalam Sujiono (2009:41-42) berpendapat bahwa bermain merupakan kebutuhan
bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat
mengembangkan kemampuan dirinya. Bermain merupakan suatu aktivitas yang khas
dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang
selalu dilakukan dalam rangka mencapai suatu hasil akhir.
Bermain merupakan belajar
yang aktif yang melibatkan seluruh pikiran, tubuh, dan spirit. Sampai usia 9
tahun, anak-anak belajar secara optimal ketika mereka terlibat secara total
didalam kegiatan. Bermain mengekspresikan dan mengeluarkan aspek-aspek
emosional dari pengalaman sehari-hari (Thompson dalam Musfiroh (2005:58). Oleh
karena itu kegiatan bermain anak sangat bervariasi, dan setiap kegiatan bermain
itu menstimulasi sebagai bagian otak, maka tidak berlebihan jika permainan yang
bervariasi dapat dijadikan materi dan cara yang tepat untuk menstimulasi
kecerdasan anak.
2.2.3. Metode Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Metode
eksperimen adalah pemberian kesempatan kepada anak didik perorangan atau
kelompok, untuk dilatih melakukan suatu proses atau percobaan. Menurut
Roestiyah (2011:132), metode eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana
siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta
menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan ini disampaikan ke
kelas dan dievaluasi oleh guru.
Prosedur
eksperimen menurut Roestiyah (2011:133) adalah (a)
perlu dijelaskan kepada siswa tentang tujuan eksperimen, (b) memberi penjelasan
kepada siswa tentang alat-alat serta bahan-bahan yang akan dipergunakan dalam
eksperimen, (c) selama eksperimen berlangsung guru harus mengawasi pekerjaan
siswa, (d) setelah eksperimen selesai harus mengumpulkan hasil penelitian
siswa.
Eksperimen atau percobaan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil dari percobaan
tersebut. Menurut Supriyati (Gunarti, 2010:114), metode eksperimen adalah
mengajar dan melakukan percobaan lalu mengamati proses dan hasil percobaan.
Kegiatan ini cukup efektif karena dapat membantu anak mencari/menemukan
jawaban. Dengan usaha ini berdasarkan fakta yang benar contohnya mencampur
warna, menimbang berat badan, menanam biji-bijian.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
metode eksperimen adalah suatu cara pembelajaran dengan menempatkan anak
sebagai subjek yang aktif untuk melakukan dan menemukan pengetahuan sendiri
serta untuk mengetahui kebenaran akan sesuatu.
b. Manfaat dan Tujuan Metode Eksperimen
Anak
memiliki sifat ingin tahu yang sangat tinggi, sifat ingin tahu ini sesuai
perkembangan intelektual anak pada masa usia dini ini sedang berkembang sangat
cepat. Simpul-simpul syaraf diotaknya sibuk membangun konstruksi pengetahuan
dengan cara mengasimilasi dan mengakomodasi rangsangan-rangsangan yang
didapatnya melalui pengamatan dari lingkungan dan sekitarnya.
Tujuan
penggunaan metode eksperimen bagi anak adalah sebagai berikut:
1)
Menjelaskan tentang proses terjadinya sesuatu
2)
Memberikan pengalaman kepada anak tentang proses terjadinya sesuatu
3)
Membuktikan tentang kebenaran sesuatu
Beberapa alasan pentingnya
pembelajaran dengan metode eksperimen bagi anak-anak.
1) kemampuan berkomunikasi anak belum sepenuhnya
berkembang sebagian anak memiliki kemampuan berpikir yang sangat baik.
2) Belajar melalui metode eksperimen didesain
untuk membantu anak membangun keterampilannya dengan menggunakan panca
inderanya.
3) Karakteristik anak usia dini adalah kreatif
oleh karena itu diberikan kesempatan untuk menunjukkan kreativitasnya.
Pembelajaran
dengan metode eksperimen akan berdampak pada seluruh aspek-aspek perkembangan
anak antara lain:
1) Aspek intelektual
Kegiatan
eksperimen dapat memuaskan rasa ingin tahu anak, membangun kemampuan berpikir
logis, kritis, analisi dan sintesis.
2) Bahasa
Kegiatan
eksperimen akan mendorong anak-anak untuk mengkomunikasikan ide dan pikirannya
serta menguraikan hasil temuannya.
3) Fisik Motorik
Kegiatan eksperimen motorik anak
dapat dikembangkan terutama motorik halus, kegiatan ini akan terlibat dalam
kegiatan menuang, memegang, mencampur, mengaduk. Selain itu melalui metode
berkembang ke lima panca indera anak mengamati, membaui, mendengar, merasa dan
mengecap.
4) Seni
Kegiatan eksperimen khusus. Anak
bereksperimen menghasilkan nada yang berbeda dengan berbagai macam benda,
pencampuran warna dengan melukis, menari sesuai irama yang didengar.
5) Sosial Emosi
Kegiatan eksperimen terdapat kerja
sama antara individu untuk menghasilkan sesuatu.
6) Moral Agama
Kegiatan eksperimen, terselip
nilai-nilai religious berupa kebesaran ciptaan Tuhan.
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen
1) Kelebihan metode
eksperimen
a)
Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan
percobaannya.
b)
Dalam membina siswa untuk terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari
hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
c)
Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran
umat manusia.
2) Kekuarangan metode
eksperimen
a)
Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
b)
Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak
mudah diperoleh.
c)
Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
d)
Setiap percobaan tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan.
Eksperimen
merupakan keterampilan yang banyak dihubungkan dengan sains (ilmu pengetahuan).
Eksperimen dilakukan melalui berbagai percobaan yang dilakukan anak bersama
guru dan pada akhirnya anak dapat melakukannya secara mandiri tanpa
diperintahkan oleh guru.
Kegiatan eksperimen
dapat dilakukan dengan dan atau tanpa alat khusus. Sebagai contoh eksperimen
yang dilakukan dan alat bantu adalah kegiatan mencapur warna, sedangkan yang
dilakukan tanpa alat khusus seperti kegiatan menyentuhkan tangan ke benda
dingin seperti es (Sujiono, 2009:121).
d. Langkah-langkah pemakaian metode eksperimen
Tahap I :
Mempersiapkan eksperimen
1) Tentukan tujuan
eksperimen yang berkaitan dengan konsep/konten materi yang akan disampaikan.
2) Diskusikan dengan
anak kegiatan yang akan dieksperimen dengan sejumlah pertanyaan yang akan
dibuktikan jawabannya memerlukan pembuktian dari sebuah eksperimen.
3) Kemukakan prosedur
eksperimen yang akan dilakukan secara bertahap dari awal sampai akhir.
Tahap II : Pelaksanaan eksperimen
1) Anak
didik memulai eksperimen di bawah bimbingan pendidik.
2) Pendidik
membimbing anak didik yang melakukan eksperimen.
3) Pendidik
mendorong anak didik berbuat aktif melakukan eksperimen.
4) Evaluasi
berlangsung selama eksperimen dilakukan oleh pendidik.
Tahap III : Mengambil kesimpulan dari hasil
eksperimen
1) Anak
memberi laporan hasil eksperimen yang telah dilakukan di depan kelas.
2) Laporan
didiskusikan bersama di bawah bimbingan pendidik.
3) Kesimpulan
– kesimpulan hasil eksperimen harus sederhana dan terarah.
No comments:
Post a Comment