Thursday, December 26, 2019

Perbedaan tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif siswa antara pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak.



Asosiasi standar nasional dalam pendidikan jasmani Amerika Serikat (NASPE) menyatakan bahwa: “The scientific and empirical evidence is indisputable—life-long participation in physical activity has a significant positive impact on people’s health and well-being” (NASPE, 2005, p.3) dalam (Abels and Bridges, 2010: 89).
Bukti saintifik dan empirik yang tak terbantahkan tentang partisipasi sepanjang hidup dalam aktivitas jasmani memiliki dampak positif yang sifnifikan terhadap kesehatan umat manusia.
Lebih jauh, Abel dan Bridges (2010: 89) menyatakan bahwa proses dan perilaku dalam aktivitas jasmani harus dikembangkan daripada produk atau hasilnya (kebugaran) karena perilaku tersebut akan cenderung diteruskan hingga masa dewasa.
    Rudolf von Laban (1879-1958) adalah seorang pionir dalam pendidikan gerak.  Sumbangan kritisnya adalah teori gerak Laban yang memfokuskan pada konsep usaha (effort), membedakan fungsi gerak menjadi dua yaitu gerak ekspresif seperti ide-ide dalam tari dan bentuk ekspresi seni lainnya serta gerak fungsional yang memiliki peran dalam membantu tugas sehari-hari seperti olahraga dan permainan.  Hal ini berdasarkan pada pernyataan Abels dan Bridges (2010: 20) bahwa:
Laban believed that the body was an instrument of expression and made a distinction between this expressive movement and movements that serve a purpose in everyday life (functional movement).  Expressive movement communicates ideas in dance or other forms of artistic expression.  Functional movement has a purpose in addition to helping with the tasks of everyday life, such as sports and games.

   Dapat disimpulkan bahwa gerak merupakan unsur utama dalam setiap aktivitas hidup manusia sehari-hari termasuk dalam permainan dan olahraga. Oleh karena itu, kompetensi gerak penting dikuasai siswa sejak dini karena dapat membantu tugas gerak siswa dalam kehidupan sehari-hari atau menjadi gerak fungsional. 
Pengenalan, pemahaman, dan penguasaan terhadap gerak yang dimulai sejak usia sekolah dasar terutama melalui pembelajaran pendidikan jasmani dimaksudkan agar siswa memiliki keterampilan gerak dasar yang memadai serta menikmati setiap pembelajaran dalam penjas sehingga tetap melanjutkan kegemaran terhadap berbagai aktivitas jasmani saat melanjutkan sekolah dan di waktu luang.  Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan jasmani yang dikemukakan oleh Lutan (2003: 35) :
Tujuan pendidikan jasmani bersifat menyeluruh dan memberikan   kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kepercayaan diri (self-esteem) dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

    Physical inactivity telah menjadi kebiasaan yang menetap pada anak-anak karena mereka telah terbiasa duduk di depan televisi atau komputer, terlebih dengan konsumsi makanan-minuman yang tinggi kalori sehingga dapat mengakibatkan obesitas dan penyakit kronis lainnya.  Sementara itu, kebugaran dan aktivitas (jasmani) sangat penting dalam mengubah perilaku ini, dipercaya bahwa pendekatan yang hanya berfokus pada kebugaran tidak dapat menyelasaikan masalah ini.  Pengetahuan yang lebih luas tentang dasar-dasar gerak penting adanya untuk menciptakan motivasi, kemampuan dan atmosfir yang menuntun terhadap gaya hidup aktif sepanjang hayat, yang tampaknya dapat mengurangi obesitas epidemik pada anak.
  Sitting in front of televisions and computers as well as consuming high-calorie food and beverages have resulted in an epidemic of childhood obesity. While fitness and activity are critical to changing this trend, we believe that an approach focused only on fitness will not solve the problem.  We believe that a broader base of knowledge and movement is necessary for creating the motivation, ability, and atmosphere that can lead to a lifetime of physical activity, which is more likely to address the childhood obesity epidemic. (Abels and Bridges, 2010: 13)

Aplikasi pendekatan dan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak dapat berkontribusi signifikan terhadap tujuan pendidikan yang diharapkan. 
  Tujuan Pendidikan Jasmani yang semula lebih berorientasi untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan penguasaan gerak menjadi lebih berorientasi untuk menanamkan kesenangan dan kebiasaan melakukan aktivitas fisik sepanjang hayat. Tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan penguasaan gerak untuk dapat berolahraga tetap diperhitungkan, namun lebih ditempatkan sebagai dampak positif dari Pendidikan Jasmani. (Suherman, 2013).

Pendidikan gerak dalam Suherman (2009: 7), yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada penguasaan keterampilan gerak.  Tujuan dari pendekatan ini terutama adalah untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas gerak secara terampil, efisien, efektif pada situasi yang terencana maupun yang tidak terencana; meningkatkan pengertian, dan kesenangan terhadap gerak baik sebagai pelaku maupun sebagai penonton; meningkatkan pengetahuan dan menerapkan pengetahuan tentang gerak manusia.
Saputra (2002: 4) yaitu : “Siswa sekolah dasar memiliki kekhasan dalam bersikap yang diungkapkannya melalui bermain.  Karakteristik inilah  yang harus diangkat untuk menjembatani antara keinginan guru  dan siswa.”   Salah satu pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar adalah pendekatan bermain, hal tersebut sesuai yang  dikemukakan Saputra (2002: 63) yaitu :
  Untuk membina dan meningkatkan aktivitas pengembangan kemampuan daya gerak siswa sekolah dasar, maka guru pendidikan jasmani perlu merancang bentuk-bentuk yang menarik bagi siswa usia sekolah dasar. Pendekatan bermain menjadi kata kuncinya, karena siswa sekolah dasar memiliki karakteristik belajar sambil bermain.
     
Dunia anak adalah dunia bermain, mereka dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, kecakapan sosial dan mental melalui aktivitas bermain.  Penelitian terdahulu dalam penjas  yang berkaitan dengan pendekatan bermain menemukan bahwa pendekatan ini dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang positif seperti meningkatkan self esteem, kemampuan berpikir kritis, pemahaman taktis, pembentukan karakter, peningkatan proses belajar siswa, penambahan nilai pengalaman, serta memberikan kesenangan dan motivasi lebih untuk berpartisipasi.

No comments:

Post a Comment

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate