Asosiasi
standar nasional dalam pendidikan jasmani Amerika Serikat (NASPE) menyatakan
bahwa: “The scientific and empirical
evidence is indisputable—life-long participation in physical activity has a
significant positive impact on people’s health and well-being” (NASPE,
2005, p.3) dalam (Abels and Bridges, 2010: 89).
Bukti
saintifik dan empirik yang tak terbantahkan tentang partisipasi sepanjang hidup
dalam aktivitas jasmani memiliki dampak positif yang sifnifikan terhadap
kesehatan umat manusia.
Lebih
jauh, Abel dan Bridges (2010: 89) menyatakan bahwa proses dan perilaku dalam
aktivitas jasmani harus dikembangkan daripada produk atau hasilnya (kebugaran)
karena perilaku tersebut akan cenderung diteruskan hingga masa dewasa.
Rudolf von Laban (1879-1958) adalah seorang
pionir dalam pendidikan gerak. Sumbangan
kritisnya adalah teori gerak Laban yang memfokuskan pada konsep usaha (effort), membedakan fungsi gerak menjadi
dua yaitu gerak ekspresif seperti ide-ide dalam tari dan bentuk ekspresi seni
lainnya serta gerak fungsional yang memiliki peran dalam membantu tugas sehari-hari
seperti olahraga dan permainan. Hal ini
berdasarkan pada pernyataan Abels dan Bridges (2010: 20) bahwa:
Laban believed that the body was an
instrument of expression and made a distinction between this expressive
movement and movements that serve a purpose in everyday life (functional
movement). Expressive movement
communicates ideas in dance or other forms of artistic expression. Functional movement has a purpose in addition
to helping with the tasks of everyday life, such as sports and games.
Dapat disimpulkan bahwa gerak merupakan
unsur utama dalam setiap aktivitas hidup manusia sehari-hari termasuk dalam
permainan dan olahraga. Oleh karena itu, kompetensi gerak penting dikuasai
siswa sejak dini karena dapat membantu tugas gerak siswa dalam kehidupan
sehari-hari atau menjadi gerak fungsional.
Pengenalan,
pemahaman, dan penguasaan terhadap gerak yang dimulai sejak usia sekolah dasar
terutama melalui pembelajaran pendidikan jasmani dimaksudkan agar siswa
memiliki keterampilan gerak dasar yang memadai serta menikmati setiap
pembelajaran dalam penjas sehingga tetap melanjutkan kegemaran terhadap
berbagai aktivitas jasmani saat melanjutkan sekolah dan di waktu luang. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
jasmani yang dikemukakan oleh Lutan (2003: 35) :
Tujuan
pendidikan jasmani bersifat menyeluruh dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kepercayaan diri (self-esteem) dan
kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong
partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
Physical inactivity telah
menjadi kebiasaan yang menetap pada anak-anak karena mereka telah terbiasa
duduk di depan televisi atau komputer, terlebih dengan konsumsi makanan-minuman
yang tinggi kalori sehingga dapat mengakibatkan obesitas dan penyakit kronis
lainnya. Sementara itu, kebugaran dan
aktivitas (jasmani) sangat penting dalam mengubah perilaku ini, dipercaya bahwa
pendekatan yang hanya berfokus pada kebugaran tidak dapat menyelasaikan masalah
ini. Pengetahuan yang lebih luas tentang
dasar-dasar gerak penting adanya untuk menciptakan motivasi, kemampuan dan
atmosfir yang menuntun terhadap gaya hidup aktif sepanjang hayat, yang
tampaknya dapat mengurangi obesitas epidemik pada anak.
Sitting in front of televisions and computers
as well as consuming high-calorie food and beverages have resulted in an
epidemic of childhood obesity. While fitness and activity are critical to changing
this trend, we believe that an approach focused only on fitness will not solve
the problem. We believe that a broader
base of knowledge and movement is necessary for creating the motivation, ability,
and atmosphere that can lead to a lifetime of physical activity, which is more
likely to address the childhood obesity epidemic. (Abels and
Bridges, 2010: 13)
Aplikasi pendekatan dan pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak dapat berkontribusi
signifikan terhadap tujuan pendidikan yang diharapkan.
Tujuan Pendidikan Jasmani yang semula lebih
berorientasi untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan penguasaan gerak menjadi
lebih berorientasi untuk menanamkan kesenangan dan kebiasaan melakukan
aktivitas fisik sepanjang hayat. Tujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani
dan penguasaan gerak untuk dapat berolahraga tetap diperhitungkan, namun lebih
ditempatkan sebagai dampak positif dari Pendidikan Jasmani. (Suherman, 2013).
Pendidikan gerak dalam Suherman (2009: 7),
yaitu pendekatan yang lebih menekankan pada penguasaan keterampilan gerak. Tujuan dari pendekatan ini terutama adalah
untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas gerak secara terampil, efisien,
efektif pada situasi yang terencana maupun yang tidak terencana; meningkatkan
pengertian, dan kesenangan terhadap gerak baik sebagai pelaku maupun sebagai
penonton; meningkatkan pengetahuan dan menerapkan pengetahuan tentang gerak
manusia.
Saputra (2002: 4) yaitu : “Siswa sekolah
dasar memiliki kekhasan dalam bersikap yang diungkapkannya melalui
bermain. Karakteristik inilah yang harus diangkat untuk menjembatani antara
keinginan guru dan siswa.” Salah satu pendekatan pembelajaran yang
tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa sekolah dasar adalah pendekatan
bermain, hal tersebut sesuai yang dikemukakan
Saputra (2002: 63) yaitu :
Untuk membina dan meningkatkan aktivitas
pengembangan kemampuan daya gerak siswa sekolah dasar, maka guru pendidikan
jasmani perlu merancang bentuk-bentuk yang menarik bagi siswa usia sekolah
dasar. Pendekatan bermain menjadi kata kuncinya, karena siswa sekolah dasar
memiliki karakteristik belajar sambil bermain.
Dunia anak adalah dunia bermain, mereka
dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, kecakapan sosial dan mental melalui
aktivitas bermain. Penelitian terdahulu dalam penjas yang berkaitan dengan pendekatan bermain menemukan
bahwa pendekatan ini dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang positif seperti meningkatkan
self
esteem, kemampuan berpikir
kritis, pemahaman taktis, pembentukan karakter, peningkatan
proses belajar siswa, penambahan nilai pengalaman, serta memberikan kesenangan dan motivasi lebih
untuk berpartisipasi.
No comments:
Post a Comment