Thursday, December 26, 2019

Perbedaan tingkat aktivitas jasmani dan gaya hidup aktif antara pendekatan bermain dan pendekatan pendidikan gerak pada siswa dengan kemampuan motorik tinggi.



Sebagaimana pendapat Ennis (2010: 1) yaitu: “Students’ perceptions of their skillfulness and fitness knowledge directly influence their decisions to be physically active”.  Lebih jauh Ennis mengatakan bahwa: “Students will appreciate physical activity if they understand its usefulness, acquire the necessary skills and knowledge and enjoy their lessons”.  Dapat diartikan bahwa, siswa akan menghargai aktivitas jasmani bila mereka memahami manfaatnya, memperoleh keterampilan-keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan, dan menikmati pembelajaran pendidikan jasmani yang mereka ikuti.
Kepercayaan diri dan persepsi positif ini akan berlaku sepanjang hidup sehingga akan menjadi dasar bagi siswa untuk terus berperilaku aktif sepanjang hayat. “The more successful and broader a child’s movement competency, the more likely that child is to continue to participate in movement opportunities throughout the life span” (Abels and Bridges, 2010: 38).
     Dapat kita pahami bahwa semakin berhasil dan luas kompetensi gerak anak-anak, maka sepertinya mereka akan semakin cenderung melanjutkan partisipasi gerak mereka sepanjang hidupnya (active lifestyle).
Kemudian, beberapa  penelitian terdahulu dalam penjas  yang berkaitan dengan pendekatan bermain menemukan bahwa pendekatan ini dapat memberikan pengaruh-pengaruh yang positif seperti meningkatkan self esteem, kemampuan berpikir kritis, pemahaman taktis, pembentukan karakter, peningkatan proses belajar siswa, penambahan nilai pengalaman, serta memberikan kesenangan dan motivasi lebih untuk berpartisipasi.
Mosston & Ashworth, (1994) dalam Metzler (2000: 12) menjelaskan mengenai bentuk pendekatan bermain bahwa:  “Conceptualized a unified series of teaching styles that progressed from strongly teacher-centered (formal and direct) to strongly  student-centered (informal and indirect)”.  Dapat dipahami bahwa, pendekatan bermain merupakan serangkaian konsep gaya mengajar  yang berubah dan berkembang dari berpusat pada guru (formal dan langsung) menjadi berpusat pada siswa (informal dan tidak langsung).
Pendekatan bermain merupakan pembelajaran permainan yang mengadaptasi dan dimodifikasi agar sesuai dengan perkembangan siswa, hal ini diungkapkan Paul Webb et al. (2002: 1) : “Modifying and adapting games is an important part of using this approach.”
Manfaat pembelajaran yang dimodifikasi dijelaskan Simons-Morton et al. dalam penelitiannya yang dikutip Toivo Jurimae dan Jaak Jurimae (2000:10) yaitu : “Revealed that the modification of the school physical education program increased the time children engaged in moderate to vigorous physical activity from less than 10% to about 40%.”   Bahwa modifikasi dari program pendidikan jasmani di sekolah dapat meningkatkan aktivitas jasmani anak-anak dari sedang hingga kuat dari 10% menjadi sekitar 40%.  
Jumlah waktu aktif belajar (JWAB) atau active learning time (ALT) dalam pendekatan bermain tampaknya akan lebih efektif karena siswa lebih menyenangi bentuk pendekatan bermain sehingga motivasi mereka menjadi tinggi dan akhirnya partisipasi mereka dalam pembelajaran akan lebih intensif.  Seperti hasil penelitian Griffin et al., (1995); Lawton, (1989)  dalam  Kirk, D., and MacPhail, A. (2002) menyatakan bahwa : “Pendekatan permainan  lebih menyenangkan dibandingkan dengan pendekatan teknik, sehingga mereka mungkin lebih sangat termotivasi untuk berpartisipasi.”
Menurut teori motivasi prestasi (achievement motivation) disimpulkan bahwa motivasi seseorang akan menentukan hasil yang dicapainya.  Dapat diartikan jika motivasi awal seseorang cukup tinggi maka hasil yang akan dicapai pun cenderung baik.  Sebaliknya, jika motivasi awal seseorang rendah maka hasil yang akan dicapainya tidak akan baik atau memiliki tingkat keberhasilan yang rendah (Schunk, 2012: 49).  Pendekatan bermain yang lebih menyenangkan dibandingkan pendekatan teknik akan meningkatkan motivasi anak untuk terlibat dalam aktivitas-aktivitas jasmani.
Dunia anak adalah dunia bermain, mereka dapat belajar, menemukan keberanian, menggali berbagai pengetahuan dan pemahaman, serta berinteraksi ataupun meningkatkan kecakapan sosial melalui aktivitas bermain.  Melalui pendekatan bermain, siswa diharapkan dapat meningkatkan antusiasme mereka untuk terlibat dalam pendidikan jasmani sehingga terbiasa untuk melakukan aktivitas-aktivitas fisik di luar sekolah dan/atau di masa senggang (active lifestyle). 
Keutamaan dari pemahaman guru terhadap tujuan pendidikan jasmani yang dapat mengubah perilaku siswanya adalah faktor penentu, seperti dikemukakan Auwelee et al., (1999: 23) bahwa: “An understanding of physical activity determinants is needed if we are to  make significant progress in behavioural change through P.E. programmes.”.  Pemahaman terhadap pentingnya pendidikan jasmani sangat diperlukan jika kita ingin membuat kemajuan dalam perubahan perilaku melalui program-program penjas.
Adapun yang menjadi syarat bagi terlaksananya program-program penjas yang baik adalah:
a. Attitudes / sikap
Keinginan untuk aktif secara fisik berhubungan dengan sikap tentang aktivitas fisik dan pengaruh norma sosial.  Sikap terdiri atas kepercayaan tentang hasil yang didapatkan dengan melakukan aktivitas fisik (contoh: aerobik membantu saya menurunkan lemak tubuh) dan nilai  yang melekat padanya (contoh: saya ingin menghilangkan lemak tubuh).  Norma sosial berhubungan dengan kepercayaan hal penting lainnya , seperti anggota keluarga, dan tingkat yang ingin dicapai oleh setiap individu.  Aktivitas fisik tidak selalu dapat dikendalikan oleh individu, oleh karenanya penting untuk dapat meningkatkan feeling dan kontrol dalam memprediksi intensitas dan aksi.
b. Intrinsic Motivation / motivasi intrinsik
Perilaku yang termotivasi dari dalam berhubungan dengan tingginya perasaan tentang kompetensi diri dari otonomi tentang determinasi diri.  Persepsi dari kejadian-kejadian eksternal akan mempengaruhi motivasi intrinsik; kejadian-kejadian yang dapat dikontrol sepertinya dapat mengurangi motivasi intrinsik; kejadian-kejadian yang menyampaikan informasi positif tentang kompetensi akan meningkatkan motivasi intrinsik.  Perasaan determinasi-diri (tuntutan dari aksi) berhubungan dengan perilaku motivasi intrinsik lainnya.
c. Enjoyment / kegembiraan
Perasaan positif yang berasal dari aktivitas-aktivitas pendidikan jasmani sepertinya akan menjadi satu-satunya faktor determinan dari tujuan melakukan aktivitas fisik, setidaknya dalam jangka pendek.  Oleh karenanya, pembelajaran penjas harus memiliki tujuan dan juga  menggembirakan.  Kegembiraan dapat menjadi batang dari otonomi perasaan dan kontrol pribadi untuk menjadi tertantang secara optimal.  Di samping itu, kegembiraan berhubungan dengan keinginan untuk mencoba dengan keras, belajar, dan bekerja sama untuk berkembang. (Auwelee et al., 1999: 23)

No comments:

Post a Comment

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate