Monday, July 1, 2019

Media Manik-Manik


Yang dimaksud manik-manik berupa butiran-butiran benda yang kecil-kecil seperti batu, kancing baju, tasbih atau sejenisnya. Media manik-manik dapat digunakan untuk memvisualisasikan atau menggambarkan secara konkrit proses pengenalan konsep bilangan. Manik-manik digunakan untuk memberikan pemahaman tentang penger-jaan bilangan dengan menggunakan pende-katan konsep himpunan. Sesuai konsep pada himpunan, kita dapat menggabungkan atau memisahkan dua himpunan yang dalam hal ini anggotanya berbentuk manik-manik. Bentuk manik-manik ini dapat berupa bulatan-bulatan setengah lingkaran yang apabila sisi diameternya digabungkan akan membentuk lingkaran penuh. Bentuk alat ini juga dapat dimodifikasi ke dalam bentuk-bentuk lain asal sesuai dengan prin-sip kerjanya. Alat ini biasanya terdiri atas dua warna, misalnya kuning untuk menandakan bilangan negatif dan biru untuk menandakan bilangan positif (Muhsetyo, dkk., 2008).
Cara penerapannya adalah sebagai berikut.
a.                     Dengan menggunakan pendekatan konsep himpunan.
b.                     Bentuknya dapat berupa butiran setengah lingkaran atau lingkaran penuh.
c.         Untuk menggambarkan bilangan, manik-manik diberi warna yang berbeda.
d.        Jika ada manik-manik dengan warna yang berbeda berpasangan sama dengan netral (nol).
Media ini dapat membantu siswa secara nyata dalam memahami konsep bilangan. Siswa akan terlibat secara aktif dan dapat menggunakan media ini dengan mudah. Peneliti menggunakan media manik-manik untuk menjelaskan konsep bilangan karena media manik-manik mempunyai beberapa keunggulan.
Keunggulan media manik-manik adalah sebagai berikut.
a.         Mudah di dapat
b.        Ringan
c.         Bisa dibuat sendiri
d.        Bentuknya yang kecil sehingga praktis dan ekonomis
Penggunaan manik-manik dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran karena sifatnya sebagai benda konkret. Penggunaan benda konkret dalam mengenalkan angka sangat baik karena angka bersifat abstrak dan sulit dipahami anak-anak. Memahami angka yang bersifat abstrak sebaiknya menggunakan benda-benda konkret yang sudah dikenal oleh anak. Menurut Sungkono (2007: 33) benda konkret yang akan dimanfaatkan terlebih dahulu harus dipilih secara cermat dan sedapat mungkin pilihlah yang paling cocok.
Disamping itu perlu disesuaikan dengan karakteristik anak seperti taraf berfikir, pengalaman, jumlah anak, dan gaya belajarnya. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan guru sebelum menggunakan benda konkret. Menurut Wibawa dan Mukti (1993: 55) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu; (1) benda konkret memiliki banyak macamnya, mulai dari benda-benda hidup sampai benda-benda mati, maka perlu dipertanyakan benda-benda atau makhluk hidup apakah yang mungkin dapat dimanfaatkan di kelas secara efektif, (2) bagaimanakah cara agar benda-benda itu sesuai dengan pola belajar- mengajar di kelas, (3) dari manakah kita dapat benda-benda itu.
Sedangkan menurut Suyanto (2005: 71) guru dapat melatih anak menghitung benda apa saja dan di mana saja. Di jalan, ketika melihat mobil kita dapat bertanya “Berapa rodanya?”. Jadi setiap kesempatan dan ada benda nyata latih anak untuk menghitung. Di kelas, guru dapat menggunakan berbagai benda untuk melatih anak berhitung, seperti manik-manik, biji, buah, atau benda-benda lainnya yang konkret.
Ada beberapa tahap dalam mengenalkan angka pada anak. Menurut Munawir dkk (2003: 154) anak dapat memahami berbagai konsep dengan baik yaitu:
Jika pengajar memberi pengalaman kepada anak tentang konsep yang dipelajari mulai dari bentuk yang konkret, semikonkret, dan abstrak. Guru hendaknya merancang kegiatan pembelajaran berdasarkan ketiga tahapan tersebut. Pada tahap konkret anak diminta melihat, meraba, memindahkan atau mengumpulkan benda-benda. Dengan menanyakan  jumlah benda yang dikumpulkan, anak akan mengenal konsep jumlah. Pada tahap semi konkret benda aslinya dapat diganti dengan gambar yang sama dengan bentuk aslinya dan kemudian gambar yang hanya menunjukkan lambang benda seperti garis-garis untuk menunjukkan  jumlah orang atau benda yang dikumpulkan.

Berdasarkan pendapat diatas, gambar-gambar tersebut pada dasarnya merupakan jembatan untuk memahami konsep angka yang abstrak.
Sebelum mengenalkan angka pada anak, terlebih dahulu anak diberi benda konkret sejenis (batu, kelereng dll). Anak diminta membilang benda konkret tersebut sambil menyentuh bendanya. Benda konkret yang digunakan berfungsi sebagai alat peraga. Kegiatan ini dilakukan untuk memberi pengalaman anak membilang dari satu sampai lima sehingga anak mengenal nama bilangan (simbol lisan) 1, 2, 3, 4, dan 5. Kegiatan berikutnya dipakai untuk mengenalkan simbol tertulis bilangan satu sampai lima mengunakan kartu bilangan.
Langkah-langkah penggunaan media manik-manik dalam mengenalkan angka pada anak ada terdiri dari beberapa tahapan yaitu:
a.       Guru menyediakan media manik-manik yang akan digunakan dalam mengenalkan angka
b.      Guru mengajak anak menghitung bersama-sama jumlah manik-manik tersebut dengan cara meletakkan satu persatu di depan anak sambil berkata satu, dua, tiga dan seterusnya.
c.        Setelah itu anak diminta untuk menghitung kembali benda tersebut sambil menyentuh manik-maniknya dan mengatakan satu jika manik-maniknya satu, dua jika manik-maniknya dua.
d.       Jika anak sudah paham dengan bilangan maka guru bisa mengenalkan lambang bilangan yaitu satu manik-manik dengan angka 1, dua manik-manik dengan angka 2 dan seterusnya.  
e.       Selanjutnya, anak diminta untuk menghubungkan angka dengan jumlah bendanya yang sesuai


No comments:

Post a Comment

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate