Tari adalah gerak tubuh manusia. Ciri khas gerak tari adalah gerak yang
sudah diolah dari aspek tenaga, ruang dan waktu. Seni tari merupakan ungkapan
ekspresi manusia yang dinyatakan melalui gerak-gerak tubuh yang indah serta
mampu memberikan aktivitas fisik dan rasa keindahan yang tertuang melalui
gerak.
Ada beberapa konsep tari menurut para ahli sebagai berikut :
1)
Seorang kritikus dari Amerika Serikat, yaitu John
Martin dalam bukunya yang berjudul “The Modern Dance”, mengemukakan bahwa gerak
adalah pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia. Landasan
elemen dasar dari tari adalah gerak, gerak yang diterapkan dalam pembelajaran
harus disesuaikan dengan bentuk yang diungkapkan manusia agar dapat dinikmati
dengan rasa.
2)
Susane K. Langer dalam bukunya yang berjudul “Problem
of Art”, mengemukakan bahwa gerak-gerak ekspresif ialah gerak-gerak yang indah,
yang dapat menggetarkan perasaan manusia. Sedang gerak indah adalah gerak yang
destilir dan mengandung ritme tertentu. Kata indah identik dengan bagus, yang dapat
memberikan kepuasan batin manusia.
3)
Konsep tari menurut Curt Sachs, bahwa tari adalah gerak
yang ritmis.
4)
Kemudian konsep tari menurut Corrie Hartong dari
Belanda dalam bukunya yang berjudul “Duskeenst”, mengemukakan bahwa tari adalah
gerakan-gerakan yang diberi bentuk dan ritme dari badan di dalam ruang.
Seni tari merupakan salah
satu bagian dari pendidikan seni yang terdapat dalam program pembelajaran.
Pendidikan seni dengan pendekatan kompetensi sebagai salah suatu alternatif
solusi dan antisipasi pada persaingan global yang kompetitif. Pendidikan
berbasis kompetensi adalah pendidikan yang menitikberatkan pada penguasaan
kemampuan atau kompetensi untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu (ability
to do something) (Masunah, 2003:5).
Tentu untuk bisa mengerjakan
sesuatu yang dimaksud, diperlukan penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang dipersyaratkan untuk mengerjakan sesuatu tersebut. Misalnya untuk
bisa menari, diperlukan penguasaan kompetensi yang terdiri atas pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terhadap tari, atau untuk bisa melukis, diperlukan
pengetahuan, keterampilan dan sikap untuk melukis. Pendeknya, untuk dapat
melakukan pekerjaanpekerjaan seni rupa, musik, tari, teater dan sastra,
diperlukan kompetensi yang mencakup aspek-aspek kognitif, psikomotor dan
afektif.
Pendidikan seni sebagai
mata pelajaran di sekolah didasarkan pada: Pertama, pendidikan seni memiliki
sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual berarti
seni bertujuan mengembangkan kemampuan mengekspresikan diri dengan berbagai cara
seperti melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan paduannya. Multidimensional berarti
seni mengembangkan kompetensi kemampuan dasar siswa yang mencakup persepsi,
pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi dan produktivitas dalam
menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri, dengan memadukan unsur logika, etika
dan estetika, dan multikultural berarti seni bertujuan menumbuhkembangkan kesadaran
dan kemampuan berapresiasi terhadap keragaman budaya lokal dan global sebagai
pembentukan sikap menghargai, toleran, demokratis, beradab dan hidup rukun
dalam masyarakat dan budaya yang majemuk (Depdiknas, 2001: 7).
Kompetensi yang diharapkan
dari pendidikan seni anak usia dini adalah:
1)
Mampu memadukan unsur etika, logika dan estetika,
meliputi: pengetahuan, pemahaman, persepsi, analisis, evaluasi, apresiasi, dan berproduksi
melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran;
2)
Memiliki kepekaan inderawi, perasaan estetis dan artistik
melalui pengalaman bereksplorasi, berekspresi dan berkreasi secara lintas bidang
dalam mendukung kecerdasan emosional, intelektual, moral, spiritual dan
adversitas sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak;
3)
Mampu berkreasi dalam bahasa rupa, bunyi, gerak dan
peran dalam mengembangkan kemampuan perseptual, pemahaman, apresiasi,
kreativitas, dalam berproduksi;
4)
Memiliki keterampilan dasar dan mampu berkreasi
berdasarkan inspirasi yang bersumber pada alam dan lingkungan sekitar anak
dalam mengolah medium seni;
5)
Mampu menghargai karya sendiri dan karya orang lain
serta keragaman seni budaya setempat dan nusantara;
6)
Mampu mempergelarkan, menyajikan karya seni dan atau merancang,
memamerkannya di kelas dan atau di lingkungan sekolah (Depdiknas, 2001: 8).
Tujuan pendidikan seni
berbasis kompetensi adalah salah satu alternatif untuk: (1) mendekatkan
pendidikan seni dan dunia kerja seni; (2) menjamin adanya common basis
pendidikan seni; (3) memfokuskan pada hasil dan proses sekaligus; (4)
mengenalkan pembelajaran yang luwes; (5) mengakui pembelajaran sebelumnya; dan
(6) menjamin adanya multiple entry and exit (Slamet, 2001: 4).
Dengan demikian pendidikan
seni di sekolah yang mencakup seni rupa, seni musik, tari dan drama, dapat
dijadikan sebagai dasar pendidikan dalam membentuk jiwa dan kepribadian
(berakhlak karimah). Sebagaimana yang dinyatakan oleh Plato (dalam Rohidi,
2000:5), bahwa pendidikan seni dapat dijadikan dasar pendidikan, karena untuk membentuk
suatu kepribadian yang baik dilakukan melalui pendidikan seni.
Selain bernyanyi dan
bereksplorasi dengan alat musik, kegiatan lain dalam musik adalah gerak dan
lagu serta menari. Menari sebagai salah satu bentuk kegiatan dari seni musik
yang beragam jenisnya, sehingga tidak semua kegiatan tari appropriate
(berkesesuaian) bagi anak. Menari lebih spesifik dikatakan oleh Stinson sebagai
gerakan yang beraturan, signifikan dan dipengaruhi oleh penjiwaan.Tari yang
kreatif adalah gerakan yang ditampilkan secara menarik dengan menyesuaikan
alunan lagu atau musik. Terlepas dari itu, gerakan tari untuk anak sebaiknya
yang mudah dan tidak terlalu bervariasi, menyenangkan bagi anak, dan dalam
kondisi tertentu gerakan tari anak bersifat alami.
Gerakan tari pada anak
usia dini umumnya bersifat pengulangan dari 5-6 gerakan, dengan ditambah
variasi formasi yang sederhana. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh guru
ataupun orangtua adalah memperhatikan kondisi fisik dan psikologis anak saat
ingin menari. Memaksakan atau menekan anak untuk menunjukkan suatu gerakan
tari, terlebih harus sempurna, hanya akan membuat kondisi menjadi semakin buruk
dan tidak mengembangkan kreativitas mereka. Berikut ini adalah beberapa contoh
kegiatan yang dilakukan guru dan anak berdasarkan indikator kemampuan dari
kecerdasan musikal:
1) Menyanyikan lagu-lagu anak
Guru mengajak anak
menyanyikan lagu-lagu yang sesuai dengan tema-tema yang digunakan atau yang
dekat dengan kehidupan sehari-hari mereka. Dalam hal ini guru dapat membuat
atau mengkreasikan lagu baru ciptaannya sendiri. Kegiatan ini dapat dilakukan
dengan atau tanpa alat musik pengiring.
2) Bermain Tepuk
Kegiatan bermain tepuk
merupakan salah satu kegiatan yang juga sangat digemari anak selain bernyanyi.
Anak akan dikenalkan berbagai pola tepuk yang disesuaikan dengan tema-tema.
Gerak dan ekspresi sangat memberi pengaruh dalam kegiatan ini. Guru juga dapat
berkreasi membuat berbagai permainan tepuk yang memotivasi, mengenalkan sebuah
konsep, atau melatih konsentrasi anak.
3) Tebak nada dan lagu
Dalam kegiatan ini, guru
dapat melakukannya dengan bantuan alat musik ataupun dengan bersenandung tanpa
syair. Kemudian anak diminta menebak lagu berdasarkan bunyi solmisasi dari alat
musik tersebut atau nada yang dimunculkan dari suara senandung guru.
4) Bermain alat musik buatan
Ada beberapa jenis alat
musik yang bisa dipelajari atau dilatihkan kepada anak. Alat musik juga ada
yang berupa alat musik permanen maupun alat musik buatan di mana bahannya dapat
diperoleh di sekitar anak. Agar lebih menarik, alat-alat itu kemudian dihiasi
dengan berbagai macam hiasan. Saat melaksanakan kegiatan ini sebaiknya guru
5) Gerak dan Lagu-Menari
Secara umum ada dua jenis tarian
dalam kegiatan seni itu sendiri. Pertama, kegiatan tari daerah. Kemudian
dilanjutkan dengan menari modern. Sebelum anak diajarkan tari, biasanya anak
akan diajak bergerak bebas mengikuti irama musik. Kemudian mereka mulai
dikenalkan dengan kegiatan gerak tari yang berpola dan menggunakan beberapa
formasi.
No comments:
Post a Comment