Perkembangan agama Islam di Indonesia
berlangsung sangat cepat. Hal ini tidak terlepas dari peranan para saudagar
muslim, ulama, dan mubalig. Dengan penuh semangat mereka menyebarkan
nilai-nilai Islam kepada masyarakat setempat. Nilai-nilai ajaran Islam tersebut
disampaikan melalui perdagangan, sosial, dan pendidikan.
Berdasarkan penelitian para ahli,
agama Islam dibawa dan dikembangkan oleh para saudagar muslim dari Gujarat,
Arab, dan Persia. Ajaran Islam ini diterima oleh masyarakat yang tinggal di
sekitar pesisir pantai utara. Dengan demikian, melalui para saudagar/pedagang
inilah agama Islam mulai berkembang pesat yang ditandai adanya
kerajaan-kerajaan Islam di pesisir pantai.
Selain
para pedagang, faktor lain yang memiliki jasa besar dalam penyebaran agama
Islam di Indonesia adalah ulama dan mubalig. Penyebaran agama Islam khususnya
di Jawa dikembangkan oleh sejumlah wali. Untuk mengoordinasikan kegiatan dakwah
yang dilakukan oleh para wali tersebut, dibentuklah sebuah organisasi atau
dewan dakwah wali yang disebut Wali Songo (ulama Sembilan) yang beranggotakan
Sembilan orang wali.
Wali adalah seseorang yang mempunyai
kepribadian baik dan dianggap dekat dengan Allah SWT, serta mempunyai kemampuan
atau kekuatan yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Pendapat lain mengatakan
bahwa seorang wali adalah orang yang selalu dijaga oleh SWT, dan senantiasa
berbakti kepada-Nya.
Wali Songo mengembangkan agama Islam
antara abad ke-14 sampai abad ke-16 M. dalam buku Babad Tanah Jawi dikatakan
bahwa dalam berdakwah para wali ini dianggap sebagai kelompok mubalig untuk
daerah penyiaran tertentu. Selain dikenal sebagai ulama, mereka juga
berpengaruh besar dalam pemerintahan. Oleh karena itu, mereka diberi gelar Sunan atau susuhunan (Junjungan).
Berikut ini diantara Wali Songo yang
berperan dalam menyiarkan dan mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa.
a. Sunan
Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Maulana
Malik Ibrahim dikenal dengan nama Maulana Magribi, karena berasal dari wilayah
Magribi (Afrika Utara). Namun, ia lebih dikenal dengan sebutan Sunan Gresik
karena selama lebih kurang 20 tahun ia berhasil mencetak pelopor penyebaran
agama Islam pertama di Pulau Jawa. Ia berdakwah secara intensif dan bijaksana.
Meskipun bukan orang Jawa, tetapi ia mampu mengatasi keadaan masyarakat
setempat dan menerapkan metode dakwah yang tepat untuk menarik simpati
masyarakat kepada Islam. Di antara upayanya, yaitu menghilangkan sistem kasta
dalam masyarakat.
b. Sunan
Ampel (Maulana Rahmatullah)
Sunan
Ampel memulai dakwahnya dari sebuah pesantren yang didirikan di Ampel Denta
(dekat Surabaya). Sunan Ampel dikenal sebagai wali yang tidak setuju terhadap
adat istiadat masyarakat Jawa pada masa itu, misalnya kebiasaan mengadakan
sesaji atau selamatan. Namun, para wali lain berpendapat bahwa hal itu tidak
dapat dihilangkan dengan segera, melainkan dengan cara memasukkan nilai-nilai
Islami di dalamnya. Sunan Ampel juga dianggap sebagai penerus cita-cita dan
perjuangan Sunan Gresik.
c. Sunan
Bonang (Maulana Makhdum Ibrahim)
Sunan
Bonang termasuk wali yang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan
kebudayaan masyarakat Jawa seperti wayang dan musik gamelan. Untuk itu ia
menciptakan gending-gending yang memiliki nilai-nilai keislaman. Setiap bait
lagu diselingi dnegan ucapan dua kalimat syahadat (syahadatain) sehingga musik
gamelan yang mengiringinya dikenal dengan istilah sekaten.
d. Sunan
Drajat (Maulana Syaifuddin)
Sunan
Drajat dikenal sebagai seorang wali yang berjiwa sosial tinggi. Sumbangsihnya
terhadap yatim piatu, fakir miskin, dan orang sakit cukup banyak. Perhatiannya
yang demikian besar terhadap masalah sosial sangat tepat karena ia hidup pada saat
Kerajaan Majapahit runtuh dan rakyat mengalami krisis yang memprihatinkan.
Selain itu, dalam berdakwah ia juga menggunakan media kesenian. Pangkur adalah salah satu ciptaannya.
e. Sunan
Giri (Maulana Ainul Yaqin)
Sunan
Giri yang aslinya bernama Raden Paku merupakan seorang wali yang menyebarkan
agama Islam dengan menitikberatkan pada bidang pendidikan. Ia pernah belajar di
Pesantren Ampel Denta dan juga sebagai pendiri Pesantren Giri. Dapat dikatakan
bahwa Sunan Giri merupakan tokoh pemersatu Indonesia di bidang pendidikan agama
Islam.
f. Sunan
Kalijaga (Maulana Muhammad Syahid)
Sunan
Kalijaga selain dikenal sebagai seorang wali, juga sebagai budayawan dan
seniman. Karena wawasannya yang luas dan pemikirannya yang tajam, ia tidak
hanya disukai oleh rakyat tetapi juga para cendekiawan dan penguasa. Sunan
Kalijaga melakukan adkwahnya dengan cara berkelana. Saran dakwah yang digunakan
berupa pertunjukan wayang kulit. Alur cerita dan tokoh wayang memuat
nilai-nilai Islam. Di antara lagu yang diciptakannya adalah Dandanggula.
g. Sunan
Muria (Maulana Umar Said)
Sunan
Muria termasuk salah satu Wali Songo yang dikenal pendiam, tetapi sangat tajam
fatwanya. Oleh karena itu, ia juga dikenal sebagai guru tasawuf. Dalam
menyebarkan agama Islam ia lebih memfokuskan di daerah pedesaan karena ia
sendiri tinggal di tempat yang jauh dari keramaian bersama rakyat biasa. Ia
juga seorang wali yang menyukai seni. Dua tembang bernuansa Islam hasil
ciptaannya adalah Sinom dan Kinanti. Tembang sinom umumnya
melukiskan suasana ramah tamah dan ansihat. Adapun tembang Kinanti bernada
gembira digunakan untuk menyampaikan ajaran agama, nasihat, dan falsafat hidup.
h. Sunan
Kudus (Maulana Ja’far Shadiq)
Wali
Songo yang mendapat gelar wali Al ‘Ilmi
(orang berilmu luas) adalah Sunan Kudus karena memiliki berbagai ilmu agama,
seperti ilmu tauhid, dan fikih. Karena keahliannya itu, ia mendapat kepercayaan
dari Kesultanan Demak untuk mengendalikan pemerintahan dan hakim tinggi di
wilayah itu. Untuk melancarkan penyebaran Islam, ia membangun sebuah masjid di
Kudus yang disebut Menara Kudus karena disampingnya terdapat menara tempat
bedug masjid.
i. Sunan
Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah)
Salah
seorang wali songo yang sangat berperan dalam penyebaran agama Islam di
Cirebon-Jawa Barat adalah Sunan Gunung Jati. Ia merupakan cucu Raja Pajajaran
yang lahir di Mekah. Setelah dewasa, ia memilih berdakwah di Jawa dan
menggantikan kedudukan pamannya dan berhasil menjadikan Cirebon sebagai
Kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.
Selain
dari Wali Songo tersebut masih ada para wali lainnya yang tidak kalah
pentingnya dalam penyiaran dan perkembangan agama Islam di Pulau Jawa,
diantaranya Syekh Siti Jenar atau Syekh Lemah Abang dari Demak, Sunan Tembayat
di Bayat-Klaten, Sunan Geseng di Tirta-Magelang, Syekh Maulana Ishak, Sunan
Ngudung, Syekh Syubakir, dan Syekh Qurrotul Ain.
Adapun
para wali yang berjasa dalam mengembangkan agama Islam di wilayah luar Jawa
adalah sebagai berikut :
1) Syekh
Samsudin, telah berhasil menyiarkan dan mengembangkan agama Islam di daerah
Kalimantan Barat.
2) Datuk
Ribandang, telah menyiarkan dan mengembangkan agama Islam di daerah Sulawesi.
3) Sunan
Giri, telah menyiarkan dan mengembangkan agama Islam ke daerah Nusa Tenggara,
Banjarmasin, Ternate, dan Maluku, dan daerah-daerah lainnya di samping Pulau
Jawa sendiri sebagai pusat kegiatannya.
4) Syekh
Burhanudin, telah berjasa dalam menyiarkan agama Islam di Ulakan-Minangkabau.
No comments:
Post a Comment