Monday, June 25, 2018

POLA KEBUDAYAAN SUKU BANGSA SUNDA


            Berdasarkan tinjauan etnografis, suku bangsa Sunda adalah suku bangsa yang secara turun-temurun menggunakan bahasa ibu, yaitu bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari.
            Bahasa Sunda yang dianggap masih murni dan halus adalah bahasa yang digunakan di Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandung, Sumedang, Sukabumi, dan Cianjur. Adapun bahasa Sunda yang dianggap kurang halus dipakai oleh masyarakat yang mendiami pantai utara, misalnya Banten, Karawang, Bogor dan Cirebon.
            Suku bangsa Sunda mendiami tanah Pasundan atau Tatar Sunda. Tanah Pasundan meliputi wilayah seluas Propinsi Jawa Barat. Pada bagian Timur dibatasi oleh Sungai Cilosari dan Sungai Citanduy.
a. Sistem Kepercayaan/Religi
            Agama yang dianut sebagian besar orang Sunda adalah Islam. Selain penganut agama Islam, terdapat juga penganut agama Katolik, Kristen Protestan, Budha dan Hindu. Walaupun orang Sunda sudah beragama, masih banyak dari mereka yang pergi ke makam-makam suci sebagai tanda kaul untuk menyampaikan permohonan dan minta restu sebelum mengadakan usaha, pesta, atau perlawatan. Penduduk di daerah pedesaan selain taat menjalankan ajaran agama Islam, juga melakukan berbagai upacara yang tidak terdapat dalam ajaran Islam.
            Dalam masyarakat Sunda tahap kehidupan seseorang ditandai dengan berbagai selamatan dan upacara. Selamatan diadakan mulai dari acara melamar, perkawinan, mamasuki dan menetap pada rumah baru, masa kelahiran, turun tanah, memotong rambut, tumbuh gigi pertama, sunatan, waktu sakit, sampai pada waktu meninggal dunia. Dilihat dari pelaksanaan kehidupan beragama, upacara selamatan merupakan upacara terpenting.
            Berkenaan dengan upacara selamatan itu ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, aspek waktu, bilamana selamatan itu diadakan. Di Priangan biasanya dilakukan pada hari Kamis sore, malam Jum’at. Kedua, aspek orang yang diundang. Biasanya orang yang diundang adalah kaum tetangga. Mereka diundang secara lisan. Anggota keluarga kerabat laki-laki si pengundang mendatangi rumah tetangga yang diundang. Si pengundang biasanya memakai sarung dan kopiah.
            Selamatan bisa berlangsung kalau ada orang yang dapat menyampaikan doa. Untuk keperluan ini biasanya dipanggil seorang modin desa atau seorang guru ngaji yang dianggap mengetahui tata cara menyampaikan doa. Upacara dimulai dengan mengucapakan Al-Fatihah dan diakhiri dengan Al-Fatihah pula. Isi doa yang diucapkan tergantung dari maksud diadakannya selamatan itu.
            Hidangan selamatan tidak jauh berbeda dengan masyarakat Jawa, biasanya berupa tumpengan, yaitu gundukan nasi seperti bentuk gunung yang diletakkan di atas baki yang terbuat dari bambu atau kayu. Dalam selamatan orang tidak banyak bicara, dan waktu makannya tidak lama. Selesai makan, para undangan segera mengundurkan diri.
b. Sistem Kekerabatan
            Prinsip keturunan orang Sunda adalah bilateral, yaitu garis keturunan dihitung melalui orang tua laki-laki maupun wanita. Dilihat dari sudut ego, orang Sunda mengenal istilah-istilah untuk tujuh generasi ke atas dan tujuh generasi ke bawah, seperti tampak pada tabel berikut.
Tujuh Generasi Ke Atas
Tujuh Generasi Ke Bawah
  1. Kolot
  2. Embah
  3. Buyut
  4. Bao
  5. Janggawareng
  6. Udeg-Udeg
  7. Gantung siwur
  1. Anak
  2. Incu
  3. Buyut
  4. Bao
  5. Janggawareng
  6. Udeg-udeg
  7. Gantung siwur
            Sistem kekerabatan orang Sunda dipengaruhi oleh adat dan agama Islam. Perkawinan dilakukan secara adat maupun secara Islam. Unsur agama dan adat, tampak sekali ketika upacara akad nikah atau ijab Kabul dilakukan.
            Upacara pernikahan bagi suku bangsa Sunda dilakukan secara sederhana. Upacara nyawer dan buka pintu sebagai bagian dari upacara pernikahan merupakan upacara paling menarik. Adat menetap sesudah menikah di Jawa Barat adalah neolokal. Bentuk keluarga batih merupakan keluarga yang dianggap paling aman sebagai tempat hubungan kekerabatan di tengah masyarakat.
            Bentuk keluarga yang terpenting adalah keluarga batih, yang terdiri dari suami dan istri, serta anak-anak yang didapat dari perkawinan atau adopsi. Dalam keluarga ini sering terdapat anggota keluarga lain seperti ibu mertua atau keponakan pihak laki-laki atau perempuan.
            Selain keluarga batih, ada pula kelompok yang memiliki hubungan kekerabatan. Kelompok ini disebut golongan yang dalam antropologi di sebut kindred. Dalam masyarakat Sunda, terdapat system kekerabatan ambilinieal, yaitu penetapan kekerabatan sebagian melalui garis ibu dan sebagian lagi melalui garis bapak.
c. Sistem Politik
            Desa merupakan kesatuan admnistratif terkecil pada masyarakat Sunda. Desa mempunyai sistem pemerintahan yang kepala desanya disebut dengan istilah berbeda-beda. Di desa Bojongloa, sebelah barat Sumedang, Kepala desa disebut kuwu. Kuwu dipilih oleh rakyat. Ia wajib mengurus kepentingan warga desa seperti pengurusan administratif warga, pengurusan kepentingan umum seperti pembuatan jalan dan selokan serta pengurusan harta benda desa. Dalam melaksanakan tugasnya kuwu didampingi oleh pihak-pihak sebagai berikut.
-          Satu orang juru tulis. Juru Tulis bertugas mengurus administasi pemerintahan berupa pemeliharaan berbagai arsip, daftar hak milik rakyat, pengurusan pajak dan lain sebagainya.
-          Tiga orang kokolot. Kokolot merupakan penghubung rakyat dan pamong desa. Kokolot bertugas menyampaikan berbagai perintah atau pemberitahuan pamong desa kepada warga desa dan menyampaikan pengaduan rakyat kepada pamong desa.
-          Satu orang kulisi. Kulisi merupakan petugas yang bertanggung jawab dalam hal keamanan desa dan mengurus berbagai pelanggaran hukum warga desa. Kulisi bekerjasama dengan hansip dalam pemeliharaan desa.
-          Satu orang ulu-ulu. Ulu-ulu bertugas mengatur pembagian air dan memperbaiki selokan
-          Satu orang amil. Amil berkewajiban mengurus masalah-masalah kematian, kelahiran, nikah-talak, rujuk, pembacaan doa dalam selamatan dan sebagainya.
-          Tiga orang pembina desa. Pembina desa, terdiri atas satu orang Kepolisian dan dua orang dari Angkatan Darat.
d. Sistem Ekonomi
            Kehidupan perekonomian di daerah Jawa Barat sangat kompleks dengan adanya berbagai aspek kehidupan ekonomi kota, desa, perkebunan dan sebagainya. Kota-kota di Jawa Barat banyak yang berfungsi sebagai pusat perdagangan transito. Dari kota-kota ini bahan mentah diteruskan ke kota-kota pelabuhan seperti Jakarta, Cirebon, dan Cilacap untuk kemudian dikirim ke luar negeri. Sesuai dengan fungsi ini, kota menjadi pusat peredaran uang dalam volume relatif besar.
            Perkebunan banyak terdapat di daerah ini. Berkat tanahnya yang subur dan iklim yang menguntungkan, daerah Jawa Barat menjadi perkebunan penting di Indonesia. Di daerah ini terdapat antara lain perkebunan karet, kina, tebu dan kelapa sawit. Dari seluruh luas Jawa Barat yang kurang lebih 4,5 juta hektar, setengah juta hektar merupakan wilayah perkebunan. Selebihnya adalah sawah, hutan dan pemukiman.
            Selain perdagangan dan perkebuan, orang Sunda juga hidup dari pertanian. Pertanian dilaksanakan secara tradisional. Masyarakat bercocok tanam di sawah yang telah mendapatkan irigasi maupun di sawah yang masih mengandalkan air hujan. Untuk sawah yang mengandalkan air hujan, sebelum musim penghujan tiba biasanya petani menanaminya dengan berbagai jenis palawija (ubi jalar, bawang merah, kacang tanah dan kacang kedelai). Sawah yang telah beririgasi kadang-kadang dijadikan tambak ikan.
e. Sistem Kesenian
@ Seni Bangunan
            Seni bangunan dapat dilihat dari bentuk bangunan rumah adat. Model rumah adat Sunda adalah bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon, yang memiliki empat ruangan, yaitu :
-          Jinem atau pendopo, tempat untuk para punggawa atau penjaga keselamatan sultan;
-          Pringgondani, tempat sultan memberi perintah kepada adipati;
-          Prabayasa, tempat sultan menerima tamu istimewa;
-          Panembahan, untuk ruang kerja dan istirahat sultan.

Sedangkan untuk rumah penduduk, bangunan rumah disesuaikan dengan keadaan tanah yang tidak rata. Banyak rumah dibangun di atas tiang-tiang yang tidak begitu tinggi. Di bawah rumah seringkali dibuat kolam ikan. Hal ini dikarenakan tanah di Jawa Barat banyak mengandung air. Oleh sebab itu, nama-nama tempat di Jawa Barat banyak menggunakan kata ci dari cai yang berarti air. Misalnya: Ciamis, Cipanas, Cicalengka, Cibatu, Cikampek, dan lain-lain.
@Pakaian Adat
            Secara garis besar, pakaian adat pria Jawa Barat berupa tutup kepala (destar) berjas dengan leher tertutup (jas tutup), sebilah keris terselip di pinggang bagian belakang serta berkain batik.
Kaum wanitanya memakai baju kebaya, kalung dan berkain batik. Beberapa hiasan kembang goyang menghiasi bagian atas kepalanya, begitu pula rangkaian bunga melati yang menghiasi sanggulnya. 

@ Seni Tari
            Seni tari yang sangat popular pada masyarakat Sunda adalah Jaipongan. Jaipongan adalah paduan antara tari ketuk tilu dengan tari gendang pencak. Para penonton diajak menari bersama-sama dengan ronggeng. Tari jaipongan mulai populer sekitar tahun 1980 dan merupakan salah satu daya tarik wisata di tanah Parahiangan.
Tari-tari Sunda lainnya, misalnya :
-          tari topeng kuncaran, tari yang mengisahkan dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak;
-          tari kupu-kupu, tari yang mengisahkan kehidupan kupu-kupu yang serba indah, menarik dan memukau;
-          tari Rumlang (tari topeng khas Cirebon), dan lain-lain.
@ Seni Musik/Suara
            Alat musik tradisional masyarakat Sunda, antara lain angklung, calung, kecapi, suling dan degung. Angklung dan calung terbuat dari tabung bambu. Angklung dimainkan dengan cara digoyangkan. Sedangkan calung dengan cara dipukul. Alat-alat musik Sunda digunakan untuk mengiringi lagu-lagu vokal daerah Sunda, seperti tembang dan kawih. Tembang adalah lagu berbentuk puisi dan diiringi kecapi dan suling. Sedangkan kawih adalah lagu yang berbentuk bebas dan diiringi angklung dan calung. Seni suara Sunda yang lain adalah sintren dan cincang keling.
@ Seni Sastra
            Masyarakat Sunda sangat kaya akan seni sastra. Cerita-cerita pahlawan nenek moyang, seperti Prabu Siliwangi pada zaman Galuh dan Pajajaran, selalu diungkapkan dalam bentuk pantun. Pantun seringkali diiringi musik kecapi. Selain pantun, ada juga cerita dalam bentuk prosa, seperti Sangkuriang dan Si Kabayan.
@ Seni Pertunjukan
            Seni pertunjukkan masyarakat Sunda yang paling terkenal adalah wayang golek. Wayang golek memang dipengaruhi kesenian Jawa Mataram, tetapi wayang golek  tersebut sudah berkembang menurut citarasa orang Sunda. Wayang golek yang berupa boneka kayu ini lebih visual dan demokratis, sehingga menarik untuk ditonton..

III. PENUTUP
            Kebudayaan yang dimiliki oleh Suku bangsa Sunda merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Nilai budaya ini harus kita pertahankan keberadaannya, sebagai salah satu warisan dari leluhur bangsa yang mesti dijaga dan dilestarikan eksistensinya.
            Dengan mempelajari dan mengetahui pola kebudayaan suku bangsa Sunda diharapkan agar generasi penerus dapat mengetahui dan memahami serta sekaligus akan berupaya untuk mempertahankan nilai budaya yang ada. Dengan melalui pelajaran Antropologi yang diberikan di bangku sekolah menengah khususnya mengenai suku bangsa yang ada di Indonesia merupakan salah satu sarana untuk melestarikan kebudayaan bangsa.



No comments:

Post a Comment

About

About

loading...

Pengaruh Gaya Hidup di Masa Pandemi Covid-19

Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman. Gaya hidup bisa dilihat dari pakaian, bahasa, k...

Search This Blog

Translate