Berdasarkan tinjauan etnografis,
suku bangsa Sunda adalah suku bangsa yang secara turun-temurun menggunakan
bahasa ibu, yaitu bahasa Sunda sebagai bahasa sehari-hari.
Bahasa Sunda yang dianggap masih
murni dan halus adalah bahasa yang digunakan di Kabupaten Ciamis, Tasikmalaya,
Garut, Bandung, Sumedang, Sukabumi, dan Cianjur. Adapun bahasa Sunda yang
dianggap kurang halus dipakai oleh masyarakat yang mendiami pantai utara,
misalnya Banten, Karawang, Bogor dan Cirebon.
Suku bangsa Sunda mendiami tanah
Pasundan atau Tatar Sunda. Tanah Pasundan meliputi wilayah seluas Propinsi Jawa
Barat. Pada bagian Timur dibatasi oleh Sungai Cilosari dan Sungai Citanduy.
a. Sistem
Kepercayaan/Religi
Agama yang dianut sebagian besar
orang Sunda adalah Islam. Selain penganut agama Islam, terdapat juga penganut
agama Katolik, Kristen Protestan, Budha dan Hindu. Walaupun orang Sunda sudah
beragama, masih banyak dari mereka yang pergi ke makam-makam suci sebagai tanda
kaul untuk menyampaikan permohonan dan minta restu sebelum mengadakan usaha,
pesta, atau perlawatan. Penduduk di daerah pedesaan selain taat menjalankan
ajaran agama Islam, juga melakukan berbagai upacara yang tidak terdapat dalam
ajaran Islam.
Dalam masyarakat Sunda tahap
kehidupan seseorang ditandai dengan berbagai selamatan dan upacara. Selamatan
diadakan mulai dari acara melamar, perkawinan, mamasuki dan menetap pada rumah
baru, masa kelahiran, turun tanah, memotong rambut, tumbuh gigi pertama,
sunatan, waktu sakit, sampai pada waktu meninggal dunia. Dilihat dari
pelaksanaan kehidupan beragama, upacara selamatan merupakan upacara terpenting.
Berkenaan dengan upacara selamatan
itu ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Pertama, aspek waktu, bilamana
selamatan itu diadakan. Di Priangan biasanya dilakukan pada hari Kamis sore,
malam Jum’at. Kedua, aspek orang yang diundang. Biasanya orang yang diundang
adalah kaum tetangga. Mereka diundang secara lisan. Anggota keluarga kerabat
laki-laki si pengundang mendatangi rumah tetangga yang diundang. Si pengundang
biasanya memakai sarung dan kopiah.
Selamatan bisa berlangsung kalau ada
orang yang dapat menyampaikan doa. Untuk keperluan ini biasanya dipanggil
seorang modin desa atau seorang guru ngaji yang dianggap mengetahui tata cara
menyampaikan doa. Upacara dimulai dengan mengucapakan Al-Fatihah dan diakhiri
dengan Al-Fatihah pula. Isi doa yang diucapkan tergantung dari maksud
diadakannya selamatan itu.
Hidangan selamatan tidak jauh
berbeda dengan masyarakat Jawa, biasanya berupa tumpengan, yaitu gundukan nasi
seperti bentuk gunung yang diletakkan di atas baki yang terbuat dari bambu atau
kayu. Dalam selamatan orang tidak banyak bicara, dan waktu makannya tidak lama.
Selesai makan, para undangan segera mengundurkan diri.
b. Sistem
Kekerabatan
Prinsip keturunan orang Sunda adalah
bilateral, yaitu garis keturunan dihitung melalui orang tua laki-laki maupun
wanita. Dilihat dari sudut ego, orang Sunda mengenal istilah-istilah untuk
tujuh generasi ke atas dan tujuh generasi ke bawah, seperti tampak pada tabel
berikut.
Tujuh
Generasi Ke Atas
|
Tujuh
Generasi Ke Bawah
|
|
|
Sistem kekerabatan orang Sunda
dipengaruhi oleh adat dan agama Islam. Perkawinan dilakukan secara adat maupun
secara Islam. Unsur agama dan adat, tampak sekali ketika upacara akad nikah
atau ijab Kabul dilakukan.
Upacara pernikahan bagi suku bangsa
Sunda dilakukan secara sederhana. Upacara nyawer dan buka pintu sebagai bagian
dari upacara pernikahan merupakan upacara paling menarik. Adat menetap sesudah
menikah di Jawa Barat adalah neolokal. Bentuk keluarga batih merupakan keluarga
yang dianggap paling aman sebagai tempat hubungan kekerabatan di tengah
masyarakat.
Bentuk keluarga yang terpenting
adalah keluarga batih, yang terdiri dari suami dan istri, serta anak-anak yang
didapat dari perkawinan atau adopsi. Dalam keluarga ini sering terdapat anggota
keluarga lain seperti ibu mertua atau keponakan pihak laki-laki atau perempuan.
Selain keluarga batih, ada pula
kelompok yang memiliki hubungan kekerabatan. Kelompok ini disebut golongan yang
dalam antropologi di sebut kindred. Dalam masyarakat Sunda, terdapat system
kekerabatan ambilinieal, yaitu penetapan kekerabatan sebagian melalui garis ibu
dan sebagian lagi melalui garis bapak.
c. Sistem
Politik
Desa merupakan kesatuan admnistratif
terkecil pada masyarakat Sunda. Desa mempunyai sistem pemerintahan yang kepala
desanya disebut dengan istilah berbeda-beda. Di desa Bojongloa, sebelah barat
Sumedang, Kepala desa disebut kuwu. Kuwu dipilih oleh rakyat. Ia wajib mengurus
kepentingan warga desa seperti pengurusan administratif warga, pengurusan
kepentingan umum seperti pembuatan jalan dan selokan serta pengurusan harta
benda desa. Dalam melaksanakan tugasnya kuwu didampingi oleh pihak-pihak
sebagai berikut.
-
Satu orang juru tulis. Juru Tulis bertugas
mengurus administasi pemerintahan berupa pemeliharaan berbagai arsip, daftar
hak milik rakyat, pengurusan pajak dan lain sebagainya.
-
Tiga orang kokolot. Kokolot merupakan
penghubung rakyat dan pamong desa. Kokolot bertugas menyampaikan berbagai
perintah atau pemberitahuan pamong desa kepada warga desa dan menyampaikan
pengaduan rakyat kepada pamong desa.
-
Satu orang kulisi. Kulisi merupakan petugas
yang bertanggung jawab dalam hal keamanan desa dan mengurus berbagai
pelanggaran hukum warga desa. Kulisi bekerjasama dengan hansip dalam
pemeliharaan desa.
-
Satu orang ulu-ulu. Ulu-ulu bertugas mengatur
pembagian air dan memperbaiki selokan
-
Satu orang amil. Amil berkewajiban mengurus
masalah-masalah kematian, kelahiran, nikah-talak, rujuk, pembacaan doa dalam
selamatan dan sebagainya.
-
Tiga orang pembina desa. Pembina desa,
terdiri atas satu orang Kepolisian dan dua orang dari Angkatan Darat.
d. Sistem
Ekonomi
Kehidupan perekonomian di daerah
Jawa Barat sangat kompleks dengan adanya berbagai aspek kehidupan ekonomi kota,
desa, perkebunan dan sebagainya. Kota-kota di Jawa Barat banyak yang berfungsi
sebagai pusat perdagangan transito. Dari kota-kota ini bahan mentah diteruskan
ke kota-kota pelabuhan seperti Jakarta, Cirebon, dan Cilacap untuk kemudian
dikirim ke luar negeri. Sesuai dengan fungsi ini, kota menjadi pusat peredaran
uang dalam volume relatif besar.
Perkebunan banyak terdapat di daerah
ini. Berkat tanahnya yang subur dan iklim yang menguntungkan, daerah Jawa Barat
menjadi perkebunan penting di Indonesia. Di daerah ini terdapat antara lain
perkebunan karet, kina, tebu dan kelapa sawit. Dari seluruh luas Jawa Barat
yang kurang lebih 4,5 juta hektar, setengah juta hektar merupakan wilayah
perkebunan. Selebihnya adalah sawah, hutan dan pemukiman.
Selain perdagangan dan perkebuan,
orang Sunda juga hidup dari pertanian. Pertanian dilaksanakan secara
tradisional. Masyarakat bercocok tanam di sawah yang telah mendapatkan irigasi
maupun di sawah yang masih mengandalkan air hujan. Untuk sawah yang
mengandalkan air hujan, sebelum musim penghujan tiba biasanya petani
menanaminya dengan berbagai jenis palawija (ubi jalar, bawang merah, kacang
tanah dan kacang kedelai). Sawah yang telah beririgasi kadang-kadang dijadikan
tambak ikan.
e. Sistem Kesenian
@ Seni
Bangunan
Seni bangunan dapat dilihat dari
bentuk bangunan rumah adat. Model rumah adat Sunda adalah bangunan Keraton
Kasepuhan Cirebon, yang memiliki empat ruangan, yaitu :
-
Jinem atau pendopo, tempat untuk para
punggawa atau penjaga keselamatan sultan;
-
Pringgondani, tempat sultan memberi perintah
kepada adipati;
-
Prabayasa, tempat sultan menerima tamu
istimewa;
-
Panembahan, untuk ruang kerja dan istirahat
sultan.
Sedangkan untuk rumah penduduk, bangunan rumah disesuaikan dengan
keadaan tanah yang tidak rata. Banyak rumah dibangun di atas tiang-tiang yang
tidak begitu tinggi. Di bawah rumah seringkali dibuat kolam ikan. Hal ini
dikarenakan tanah di Jawa Barat banyak mengandung air. Oleh sebab itu,
nama-nama tempat di Jawa Barat banyak menggunakan kata ci dari cai yang berarti
air. Misalnya: Ciamis, Cipanas, Cicalengka, Cibatu, Cikampek, dan lain-lain.
@Pakaian
Adat
Secara garis besar, pakaian adat
pria Jawa Barat berupa tutup kepala (destar) berjas dengan leher tertutup (jas
tutup), sebilah keris terselip di pinggang bagian belakang serta berkain batik.
Kaum wanitanya memakai baju kebaya, kalung dan
berkain batik. Beberapa hiasan kembang goyang menghiasi bagian atas kepalanya,
begitu pula rangkaian bunga melati yang menghiasi sanggulnya.
@ Seni Tari
Seni tari yang sangat popular pada
masyarakat Sunda adalah Jaipongan. Jaipongan adalah paduan antara tari ketuk
tilu dengan tari gendang pencak. Para penonton diajak menari bersama-sama
dengan ronggeng. Tari jaipongan mulai populer sekitar tahun 1980 dan merupakan
salah satu daya tarik wisata di tanah Parahiangan.
Tari-tari
Sunda lainnya, misalnya :
-
tari topeng kuncaran, tari yang mengisahkan
dendam kesumat seorang raja karena cintanya ditolak;
-
tari kupu-kupu, tari yang mengisahkan
kehidupan kupu-kupu yang serba indah, menarik dan memukau;
-
tari Rumlang (tari topeng khas Cirebon), dan
lain-lain.
@ Seni
Musik/Suara
Alat musik tradisional masyarakat
Sunda, antara lain angklung, calung, kecapi, suling dan degung. Angklung dan
calung terbuat dari tabung bambu. Angklung dimainkan dengan cara digoyangkan.
Sedangkan calung dengan cara dipukul. Alat-alat musik Sunda digunakan untuk
mengiringi lagu-lagu vokal daerah Sunda, seperti tembang dan kawih. Tembang
adalah lagu berbentuk puisi dan diiringi kecapi dan suling. Sedangkan kawih
adalah lagu yang berbentuk bebas dan diiringi angklung dan calung. Seni suara
Sunda yang lain adalah sintren dan cincang keling.
@ Seni
Sastra
Masyarakat Sunda sangat kaya akan
seni sastra. Cerita-cerita pahlawan nenek moyang, seperti Prabu Siliwangi pada
zaman Galuh dan Pajajaran, selalu diungkapkan dalam bentuk pantun. Pantun
seringkali diiringi musik kecapi. Selain pantun, ada juga cerita dalam bentuk
prosa, seperti Sangkuriang dan Si Kabayan.
@ Seni
Pertunjukan
Seni pertunjukkan masyarakat Sunda
yang paling terkenal adalah wayang golek. Wayang golek memang dipengaruhi
kesenian Jawa Mataram, tetapi wayang golek
tersebut sudah berkembang menurut citarasa orang Sunda. Wayang golek yang
berupa boneka kayu ini lebih visual dan demokratis, sehingga menarik untuk
ditonton..
III. PENUTUP
Kebudayaan yang dimiliki oleh Suku
bangsa Sunda merupakan salah satu kekayaan budaya yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. Nilai budaya ini harus kita pertahankan keberadaannya, sebagai salah
satu warisan dari leluhur bangsa yang mesti dijaga dan dilestarikan
eksistensinya.
Dengan mempelajari dan mengetahui
pola kebudayaan suku bangsa Sunda diharapkan agar generasi penerus dapat
mengetahui dan memahami serta sekaligus akan berupaya untuk mempertahankan
nilai budaya yang ada. Dengan melalui pelajaran Antropologi yang diberikan di
bangku sekolah menengah khususnya mengenai suku bangsa yang ada di Indonesia
merupakan salah satu sarana untuk melestarikan kebudayaan bangsa.
No comments:
Post a Comment